KOMPAStekno

KOMPAStekno


Bukan Cuma Indonesia, BBM "Ngadat" Se-Asia Pasifik

Posted: 23 Jul 2013 02:35 PM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Gangguan layanan pesan instan BlackBerry Messenger (BBM) yang terjadi pada Selasa malam (23/7/2013), ternyata bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi seluruh kawasan Asia Pasifik.

Akun Twitter resmi dukungan teknis BlackBerry Indonesia, yaitu @BlackBerryBantu, pada Selasa dini hari melontarkan kicauan: "Delay layanan BlackBerry masih berdampak ke pengguna di Asia Pasifik. Mohon maaf, kami akan update secepatnya. Tks atas kesabaran Anda."

Sementara layanan BBM "ngadat," pengguna masih bisa melakukan browsing, mengakses media sosial, chatting dengan aplikasi pihak ketiga, mengirim email, sampai melakukan update status.

Di tahun 2013, layanan BlackBerry juga mengalami gangguan pada 12 Mei dan 3 Juli. Director Government Relations BlackBerry Indonesia, Kusuma Lienandjaja, sempat mengungkap alasan terganggunya layanan BlackBerry pada 3 Juli yang hanya terjadi di Indonesia.

"Ketika sedang maintenance update, ada konfigurasi yang salah, dan ada juga komponen yang failed. Sehingga, sistem kami tidak berjalan dengan baik," ujarnya kepada KompasTekno.

Sementara itu, di tahun 2012, BlackBerry terganggu sebanyak tiga kali, yakni di bulan Maret, Agustus dan Oktober.

BlackBerry Messenger Dikeluhkan Tidak Bisa Kirim Pesan

Posted: 23 Jul 2013 10:06 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com — Layanan BlackBerry Messenger (BBM) kembali mengalami gangguan pada Selasa (23/7/2013) malam. Pengguna BlackBerry di Indonesia mulai mengeluhkan bermasalahnya layanan chatting ini sekitar pukul 19.00 WIB di jejaring sosial Twitter.

Meski layanan BBM "ngadat", pengguna masih bisa browsing, mengakses media sosial, chatting dengan aplikasi pihak ketiga, dan mengirim e-mail.

"Kenapa ini BBM saya kok ndak bisa buat ngirim? Centang mulu... padahal recent update jalan, BBM masuk juga bisa," keluh seorang pengguna Twitter dengan akun @momotheory.

Pengguna yang tak bisa mengirim pesan BBM mendapatkan peringatan tanda silang, yang berarti ada gangguan teknis dengan BlackBerry. Meski demikian, update status masih dapat dilakukan.

Penyebab gangguan belum diketahui. Akun Twitter resmi dukungan teknis BlackBerry Indonesia, yaitu @BlackBerryBantu, pada Selasa dini hari melontarkan kicauan: "Delay layanan BlackBerry masih berdampak ke pengguna di Asia Pasifik. Mohon maaf, kami akan update secepatnya. Tks atas kesabaran Anda."

Peristiwa gangguan pada layanan BBM ini bukan kali pertama terjadi di 2013. Tahun ini, layanan BlackBerry tercatat mengalami gangguan sebanyak dua kali, pada 12 Mei dan 3 Juli 2013. Tahun 2012, BlackBerry mengalami tiga kali gangguan, yakni pada bulan Maret, Agustus dan Oktober.

Ikuti perkembangan berita ini di topik:
Gangguan Layanan Internet

Nokia Rilis Lumia 625, WP8 Bongsor Harga Murah

Posted: 23 Jul 2013 02:18 AM PDT

KOMPAS.com - Nokia merilis ponsel pintar berbasis Windows Phone 8, Lumia 625, di London, Inggris, Selasa (23/7/2013). Ponsel ini hadir dengan layar besar, namun dibanderol dengan harga terjangkau.

Dari sisi desain, Lumia 625 mengusung bentang layar 4,7 inci. Penutup bagian belakang ponsel ini dapat diganti dengan beragam pilihan warna cerah, yaitu oranye, kuning, biru, hijau muda, putih dan hitam.

Spesifikasi komponen yang dipakai adalah prosesor Qualcomm Snapdragon S4 dual-core 1,2GHz, RAM 512, media penyimpanan 8GB yang bisa diperluas dengan kartu memori MicroSD, kamera belakang 5MP, kamera depan VGA, dan baterai 2.000mAh. Ia berjalan dengan sistem operasi Windows Phone 8.

"Dengan layar smartphone terbesar yang pernah ada dari Nokia, Nokia Lumia 625 menunjukan bagaimana Nokia terus memberikan smartphone dengan inovasi dan pengalaman pengguna terdepan pada beragam pilihan harga," ungkap Jo Harlow, executive vice president smart devices Nokia, dalam siaran pers yang diterima KompasTekno.

Lumia 625 mulai dijual di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, pada bulan Oktober atau awal November. Di Eropa, ia dijual dengan harga retail 200 euro (belum termasuk pajak dan subsidi).

Ponsel Murah Naik Daun, Ponsel Mahal Waspada

Posted: 23 Jul 2013 01:12 AM PDT

KOMPAS.com - Popularitas ponsel pintar meningkat dalam setengah dasawarsa terakhir dengan jumlah pengguna 1 miliar orang di seluruh dunia. Akan tetapi, popularitasnya diprediksi akan memudar seiring menurunnya permintaan ponsel pintar segmen premium.

Tahun 2012 lalu, penjualan ponsel pintar mencapai 293 miliar dollar AS, menurut catatan media bisnis Bloomberg. Lebih dari setengah populasi penduduk di Amerika Serikat dan negara maju, telah menggunakan ponsel pintar. Sementara di negara berkembang seperti China dan India, penduduknya lebih memilih ponsel dengan harga terjangkau dan membuat permintaan terhadap ponsel premium cenderung turun.

Lembaga riset IDC memprediksi, harga rata-rata ponsel pintar telah jatuh dari 450 dollar AS menjadi 375 dollar AS sejak awal 2012.

Penurunan ini mengancam pertumbuhan pendapatan dan margin keuntung perusahaan besar di industri ponsel pintar, seperti Apple dan Samsung. Selanjutnya, fenomena ini juga akan menekan Nokia dan BlackBerry yang mengandalkan produk baru untuk meningkatkan penjualan.

Fenomena ini diprediksi akan menguntungkan perusahaan seperti Huawei dan Lenovo, dua produsen asal China yang fokus pada ponsel terjangkau.

"Hari di mana pertumbuhan besar di segmen high-end telah hilang," kata Michael Morgan, analis pasar dari lembaga riset ABI Research. "Sekarang adalah perusahaan China yang tahu bagaimana bertahan hidup dengan margin kecil dan siap untuk bersaing," lanjutnya seperti dikutip dari Bloomberg.

Di China, yang notabene adalah pasar besar, Lenovo dan Huawei memilih untuk membanjiri pasar dengan ragam pilihan ponsel, dan harganya juga beragam.

"Ini adalah bisnis ponsel pintar yang sebenarnya, karena beberap rival kami telah mengisi pasar premium yang konyol," kata JD Howard, wakil presiden dan pengembangan bisnis Lenovo untuk ponsel pintar, tablet, dan televisi.

Apple, Samsung, dan perusahaan lain yang mengandalkan ponsel premium mulai merasa terjepit. Pada Juni 2013, Samsung kehilangan lebih dari 25 miliar dollar AS dalam kapitalisasi pasar.

Menurut mantan CEO eMachines Inc, Stephen Dukker, penurunan rata-rata harga ponsel pintar ini mirip seperti yang terjadi di industri komputer pribadi (personal computer/PC) di akhir 1990-an.

Kala itu, jutaan orang yang ingin membeli PC dan terkoneksi dengan internet, lebih memilih produk murah dari eMachines dan penyedia internet yang terjangkau. IDC mencatat, fenomena ini menyeret turun harga PC dan menjadikannya stabil dari 1.898 dollar AS pada 1996 menjadi 1.026 dollar AS di tahun 2002.

Apple mulai mengantisipasi hal itu, dengan membuat produk yang menghasilkan margin rendah seperti iPad Mini. Bahkan kini, beredar rumor Apple sedang merancang iPhone yang dijual dengan harga terjangkau.

Tak dapat dipungkiri, produk macam ini akan memukul profit Apple. Karena, menurut analis Brian Marshal dari ISI Group, Apple biasa menghasilkan margin kotor lebih dari 50 persen untuk iPhone 5. Sementara iPhone model lama yang masih beredar di pasar, menghasilkan margin kotor kurang lebih 35 persen. Margin Apple jatuh ke 37,5 persen pada kuartal pertama 2013, dari 47,4 persen pada tahun sebelumnya.

Seorang profesor dari Harvard Business School, David Yoffie, berpendapat, perusahaan teknologi tak bisa selamanya mengandalkan pasar di negara maju, karena yang sedang tumbuh adalah negara berkembang. "Diperlukan sebuah evolusi dalam strategi. Mereka tak bisa terus tinggal di tempat mereka berada sekarang," tutur Yoffie.

Embargo 13 Tahun Konsol "Game" di China Berakhir

Posted: 22 Jul 2013 11:51 PM PDT

KOMPAS.com — Tiga belas tahun sudah Pemerintah China melarang peredaran konsol game asing di negara tersebut, hanya konsol game buatan lokal yang boleh dipasarkan. Namun, kini, para pencinta permainan konsol video game di China sudah bisa bernapas lega setelah mengetahui peraturan ini akan segera dicabut.

Menurut China Daily, seperti dikutip dari Forbes, Selasa (23/7/2013), dua pegawai Pemerintah China telah mengonfirmasikan bahwa pencabutan larangan ini sedang dipertimbangkan.

Meskipun begitu, dengan adanya pencabutan ini, pihak produsen konsol game, seperti Nintendo, Sony, dan Microsoft, tidak serta merta bisa langsung memasukkan produk mereka ke Negeri Tirai Bambu tersebut. Pihak produsen harus mematuhi peraturan baru zona perdagangan bebas Shanghai.

Pencabutan peraturan larangan konsol game asing ini boleh jadi membuat para produsen senang. Dengan jumlah penduduk China yang mencapai lebih dari 1 miliar, tingkat penjualan konsol buatan masing-masing produsen bisa saja lebih meningkat.

Ya, memang tidak mungkin semua warga di China akan mendadak langsung membeli konsol game. Namun, penjualan perangkat ke beberapa persen warga China saja sudah bisa mendorong peningkatan pangsa pasar yang besar bagi perusahaan.

Namun, ada satu hal yang harus diingat oleh tiap perusahaan. Saking lamanya warga China tidak menikmati konsol yang dijual secara resmi, mereka pun berpaling ke konsol-konsol "black market" yang telah dimodifikasi. Artinya, para gamer di China lebih gemar bermain konsol game yang bisa memainkan game bajakan.

Game bajakan pun memiliki harga yang jauh lebih murah. Dibandingkan harus mengeluarkan uang sebesar 60 dollar AS untuk sebuah game, para gamer China tampaknya lebih memilih mengeluarkan uang beberapa dollar saja untuk membeli game bajakan.

Lebih lanjut, para gamer China diketahui lebih gemar bermain game PC dan juga mobile. Para pemain ini lebih gemar bermain game gratis dan MMORPG di perangkat PC dan ponsel pintar.

Bagi para produsen, lebih baik melakukan penjualan ketimbang tidak menjual produk sama sekali. Hanya saja, mereka harus membuat beberapa strategi khusus demi menarik gamer asal China ini.

No comments:

Post a Comment