KOMPAStekno

KOMPAStekno


Inikah Tampilan Windows Blue?

Posted: 25 Mar 2013 10:46 AM PDT

KOMPAS.com - Kurang dari enam bulan setelah rilis Windows 8 pada 26 Oktober 2012, kabar tentang penerus sistem operasi teranyar dari Microsoft itu sudah banyak beredar.

Terakhir, seperti dikutip dari The Verge, screenshot "Windows Blue" -si penerus Windows 8- beredar di internet melalui situs winforum.eu.

Gambar-gambar screenshot menunjukkan tampilan Build 9364 dari Windows Blue, sebuah versi partner yang awalnya dikompilasi pada 15 Maret. Terlihat Microsoft menerapkan beberapa perubahan dari segi visual.

Ukuran susunan tile tampak lebih kecil dibandingkan Windows 8 dan bisa dikustomisasi dengan mengubah warna dan pola latar belakang serta aksen warna.

newbluetiles2_1020_verge_super_wide
Tampilan tiles di Windows Blue build 9364 (gambar: TheVerge.com)

Fitur Snap View juga diperbarui. Windows Blue kini tak hanya bisa menjalankan dua namun juga empat aplikasi secara bersamaan dalam satu layar. Hal ini juga berlaku untuk multi-monitor, di mana pengguna bisa menjalankan beberapa aplikasi di lebih dari satu layar.
snapviewwinblue1_1020_verge_super_wide
Fitur snap aplikasi di Windows Blue build 9364 (gambar: TheVerge.com)

Peningkatan lainnya termasuk opsi-opsi pengaturan baru di menu "settings" sehingga pengguna tablet tak perlu beralih ke Control Panel desktop untuk mengubah pengaturan-pengaturan tertentu, termasuk SkyDrive yang kini lebih terintegrasi dengan upload foto dari kamera dan backup sistem.

Lalu ada  Devices Charm yang kini memiliki opsi "play" baru, mirip dengan pilihan PlayTo di Windows 8. Di Share Charm ada pilihan ambil screenshot yang memudahkan pengguna mengambil gambar sebuah aplikasi.

windowsbluescreenshots5_1020_verge_super_wide
Menu "PC settings" di Windows Blue build 9364 (gambar: TheVerge.com)

Tersedia juga sejumlah gestur baru. Di Start Screen, misalnya, pengguna bisa menyapukan jari dri bawah ke atas untuk membuka bar desktop app di mana pengguna bisa mengakses opsi Snap untuk aplikasi, setting proyektor, dan beberapa setting lainnya.

Terakhir, peramban IE 11 juga tampak dalam bocoran gambar, tapi selain kehadirannya di Windows Blue, masih belum banyak informasi lain yang tersedia mengenai browser ini.

newblue3_1020_verge_super_wide
Peramban IE11 di Windows Blue build 9364 (gambar: TheVerge.com)

4 Aplikasi Pengganti Google Reader

Posted: 25 Mar 2013 09:11 AM PDT

KOMPAS.com - Google memutuskan untuk menutup layanan baca berita Google Reader pada 1 Juli 2013 mendatang. Ini merupakan aksi "bersih-bersih" agar Google fokus ke bisnis inti.

Keputusan Google yang mengejutkan ini membuat pengguna Google Reader mencari alternatif layanan serupa. Momen ini pun dimanfaatkan oleh para penyedia layanan pembaca berita lain, untuk menggaet pengguna baru yang hijrah dari Google Reader.

Berikut layanan alternatif yang serupa dengan Google Reader:

1. Feedly

Feedly nampaknya akan jadi pewaris tahta Google Reader. Pengguna Google Reader bisa langsung migrasi langganan RSS yang sudah dimiliki ke Feedly. Ini sangat memudahkan, Anda tak perlu lagi memasukkan satu per satu RSS dari portal berita atau blog ke Feedly.

Feedly menyediakan aplikasi gratis untuk perangkat mobile iOS dan Android, serta bisa diakses melalui situs web di komputer pribadi.

Anda dimungkinkan untuk mengelompokkan situs web dan blog dalam folder. Feedly juga mengizinkan untuk berbagi konten ke jejaring sosial, bahkan mengirim artikel ke Evernote.

2. Newsblur

Newsblur menyediakan aplikasi untuk perangkat iOS dan Android. Ia juga bisa diakses dari situs web di komputer pribadi. Tampilan Newsblur mirip seperti tampilan kotak masuk sebuah email.

Jika Anda ingin memakai layanan ini secara gratis, maka Anda hanya diizinkan berlangganan 64 situs web portal berita atau blog. Lebih dari itu, Anda dikenakan biayanan langganan 2 dollar AS per bulan.

Bagi pengguna Google Reader yang ingin memindahkan data RSS ke Newsblur, bisa menggunakan Google Takeout. Atau, bisa juga memanfaatkan fitur ekpor/impor file OPML yang terdapat di bagian setting Google Reader.

3. Flipboard

Bagi Anda pengguna perangkat mobile, tentu sudah familiar dengan Flipboard. Layanan ini menyebut dirinya "Majalah Sosial Anda."

Flipboard tersedia untuk perangkat iOS dan Android. Selain tampilan yang keren, ia memberi sensasi seperti membaca majalah saat berpindah dari satu halaman ke halaman lain. Anda juga bisa mengekspor data Google Reader ke Flipboard.

Yang unik dari Flipboard, Anda bisa mengintegrasikan akun jejaring sosial ke Flipboard, seperti Twitter, Facebook maupun LinkedIn.

4. Google Currents

Yang satu ini datang dari layanan Google sendiri. Google Currents hanya tersedia untuk perangkat iOS dan Android, ia belum hadir dalam versi situs web di komputer pribadi. Namun di kancah mobile, Google Currents masih kalah populer dibandingkan Flipboard.

5. Taptu

Taptu juga bisa dijadikan alternatif. Selain menyediakan aplikasi untuk iOS dan Android, Taptu juga tersedia untuk perangkat BlackBerry. Hal inilah yang menjadi nilai lebih Taptu di mata pengguna BlackBerry.

Anda tinggal memilih satu dari kelima layanan pembaca berita di atas. Semua layanan di atas menyediakan fasilitas ekspor maupun impor data RSS dari Google Reader, atau juga bisa menggunakan Google Takeout untuk migrasi.

Ini Alasan "Jujur" Penutupan Google Reader

Posted: 25 Mar 2013 08:34 AM PDT

KOMPAS.com — Google secara resmi akan menutup layanan RSS feed Google Reader mulai 1 Juli 2013 mendatang. Pada saat pengumuman layanan ini beberapa waktu lalu, Google menyatakan, semakin menurunnya pengguna produk tersebut dalam beberapa tahun belakangan merupakan alasan mengapa Google harus menutupnya.

Namun, sebenarnya, itu bukan alasan satu-satunya mengapa Google mengakhiri hidup Reader. Ternyata, Google menutup layanan tersebut karena khawatir akan menimbulkan biaya tersembunyi (hidden cost) dari masalah privasi.

Menurut sebuah sumber kepada situs teknologi All Things D, Senin (25/3/2013), Google menghentikan layanan ini karena tidak ingin terjebak dengan tuntutan hukum masalah privasi yang biasanya harus membuat raksasa internet tersebut mengeluarkan uang denda dengan nominal yang besar.

Sumber tersebut mencontohkan kasus Street View yang diduga mengumpulkan password dan data pribadi dari jaringan nirkabel WiFi. Karena kasus ini, Google terpaksa harus membayar denda sebesar 7 juta dollar AS. Tentu ini merupakan hidden cost yang cukup besar, bahkan bagi perusahaan sekelas Google.

Untuk menjaga masalah privasi di setiap produknya, Google sebenarnya bisa saja menyewa pengacara dan juga orang yang mengerti masalah privasi ini. Namun, menurut sumber tersebut, Google bahkan tidak memiliki proyek manajer atau programmer tetap untuk produk Reader sehingga mereka tidak berencana untuk menambah karyawan dan infrastruktur tambahan.

Agar dapat terus hidup, beberapa pengguna menyarankan Google untuk menjual saja layanan ini. Namun, hal tersebut tampaknya tidak akan terjadi. Mengapa? Si sumber mengatakan, layanan ini sangat terintegrasi dengan aplikasi Google lainnya sehingga tidak memungkinkan untuk menjual produk ini secara terpisah.

Jadi, sebenarnya berapa banyak konsumen yang dibutuhkan untuk membuat Google membatalkan niatnya? Mantan manajer produk Reader, Nick Baum, mengungkapkan, Google tidak akan menutup layanan ini apabila setidaknya produk milik mereka ini memiliki setidaknya 100 juta pengguna.

50.000 Aplikasi Bisa Diunduh di Windows Store

Posted: 25 Mar 2013 08:08 AM PDT

KOMPAS.com - Upaya Microsoft untuk memperbanyak aplikasi Windows 8 di toko online Windows Store tampaknya sudah mulai berhasil. Hanya memiliki 21.580 aplikasi pada awal peluncurannya, kini toko tersebut sudah menyediakan 50.304 aplikasi yang siap diunduh pengguna perangkat Windows 8 dan Windows RT.

Data jumlah aplikasi ini diungkapkan oleh Metrostore Scanner, sebuah situs yang secara tidak resmi (unofficial) memonitor aktivitas aplikasi di toko digital Microsoft tersebut.

Menurut Metrostore Scanner, seperti dikutip dari Slashgear, Senin (25/3/2013), jumlah rata-rata aplikasi untuk Windows 8 dan Windows RT yang dikembangkan pada Maret 2013 mencapai angka 279 aplikasi setiap harinya.

Jumlah aplikasi yang dikembangkan untuk Windows Store ini sudah mencapai puncaknya pada November 2012 lalu. Pada bulan tersebut, rata-rata ada 468 aplikasi yang dikerjakan setiap harinya.

Angka tersebut menurun hingga 412 di bulan Desember 2012 dan mulai jatuh bebas di Januari 2013 dengan angka 174 aplikasi. Jumlah tersebut mencapai titik terendahnya pada Februari 2012, di mana rata-rata aplikasi yang dikembangkan hanya 142 aplikasi.

Meningkatnya kembali rata-rata pengerjaan aplikasi, pada bulan Maret ini, kemungkinan besar disebabkan oleh program baru Microsoft. Beberapa waktu lalu, pencipta sistem operasi Windows tersebut menawarkan kepada developer uang sejumlah 100 dollar AS untuk tiap aplikasi Windows 8 dan/atau Windows Phone 8.

Jumlah maksimum yang dibolehkan adalah 10 aplikasi untuk tiap toko aplikasi (Windows Store dan Windows Phone Store). Artinya, developer berkesempatan mendapatkan uang hingga 2.000 dollar AS dengan memasukkan 20 aplikasi ke dua toko tersebut.

Tawaran insentif bertajuk "Keep The Cash" ini berlaku mulai 8 Maret hingga 30 Juni 2013. Berdasarkan peraturan yang tertera di blog MSDN, hanya warga negara AS berusia 18 tahun ke atas yang dapat berpartisipasi.

Misteri Genom dan Bantuan Komputer

Posted: 25 Mar 2013 07:27 AM PDT

Penulis: Arli Aditya Parikesit*

KOMPAS.com - Laboratorium biologi molekuler di seluruh dunia telah mengumpulkan informasi biologis dalam jumlah sangat luar biasa. Bersamaan dengan itu, informasi biologis, yang berupa urutan DNA, RNA, dan Protein tersebut, perlu untuk diatur dalam suatu pusat data yang terorganisir. Hal ini sangatlah penting dalam rangka memberikan penafsiran baru terhadap informasi biologis yang telah ada, ataupun untuk mempersiapkan penelitian molekuler berikutnya.

Kemudian, apakah yang diperlukan dunia ilmu pengetahuan untuk pengaturan tersebut? Mari kita simak!

Proyek Genom Manusia: Sebuah Terobosan Raksasa

Salah satu fokus Ilmu biologi molekuler adalah mengenai penelitian biomedis pada manusia itu sendiri. Ilmuwan sudah sangat sadar, bahwa kesehatan sudah seyogyanya ditinjau secara molekuler, supaya mendapatkan gambaran lebih holistik akan fungsi organisme itu sendiri. Sehubungan dengan itu, maka diperlukan terobosan bagaimana caranya untuk membongkar kode genetik pada manusia.

Hal tersebut dilakukan oleh Proyek Genom Manusia (Human Genome Project/HGP), yang merupakan sebuah proyek kolaborasi internasional. Proyek ini bertujuan untuk mengurutkan seluruh untai DNA pada manusia. Harapan para ilmuwan adalah, jika proyek ini dapat diselesaikan, maka masalah kesehatan pada manusia dapat dibantu untuk penyelesaiannya secara signifikan.

Pada awalnya, Aristides Patrinos, dari departemen energi Amerika Serikat, adalah inisiator dari HGP. Sementara itu, James Watson, dari National Institute of Health (NIH),yang juga pemenang Nobel untuk penentuan struktur DNA, memimpin proyek ini. Namun kemudian, Francis Collins menggantikannya.

Di era kepemimpinan Collins, terjadi persaingan hebat antara NIH dengan Celera Genomics, dalam konteks penyelesaian HGP. Celera Genomics, yang dipimpin oleh John C.Venter, ternyata juga mengerjakan proyek ini secara paralel, dalam konteks industrial/swasta. Berbeda dengan Collins dan teamnya di NIH, yang bertujuan untuk mempublish penelitian HGP kepada publik, Venter tentunya mencari urutan DNA yang dapat dipatenkan, terutama dalam konteks pengembangan obat atau agen terapi lainnya.

Berhubung conflict of interest antara Collins dan Venter terlalu berlarut-larut, akhirnya Presiden Amerika Serikat saat itu, yaitu Bill Clinton, turun tangan dan mendamaikan mereka. Akhirnya diperoleh kesepakatan antara Collins (NIH) dan Venter (Celera Genomics), mengenai porsi urutan DNA yang akan dipublish, maupun porsi tertentu yang akan dipatenkan.

Versi urutan DNA manusia menurut versi NIH telah dipublish pada database Genbank http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ , dan juga pada jurnal Nature. Berhubung HGP adalah proyek internasional, maka Uni Eropa dan Jepang juga terlibat. Uni Eropa memiliki database http://www.ebi.ac.uk/ , sementara Jepang memiliki http://www.ddbj.nig.ac.jp/ .  Ketiga database tersebut mensinkronisasi antara satu dan lainnya, dalam rangka melengkapi database mereka.

Bioinformatika dan HGP

Ketiga database Genbank tersebut, yang dimiliki oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang, pada akhirnya berkembang tidak saja menyimpan data materi genetik dari manusia, namun juga dari organisme lain. Mulai dari yeast , sampai Sipanse, urutan DNA mereka disimpan di database tersebut. Tidak hanya urutan DNA, namun juga urutan Protein dan RNA juga disimpan.

Sehubungan dengan semakin banyaknya konten dari database tersebut, maka diperlukan manajemen rapi untuk pengarsipannya dan juga pengaturannya. Di sini ilmu Bioinformatika datang membantu.

Secara definisi, Bioinformatika adalah ilmu gabungan antara Biologi molekuler dan Teknik Informatika. Dari definisi tersebut sudah sangat eksplisit ditunjukkan, bahwa bioinformatika adalah ilmu yang multi-disipliner. Bioinformatika akhirnya berhasil menyediakan manajerial yang berarti dalam database HGP. Front end yang mudah untuk diakses peneliti molekuler telah tersedia, sehingga data yang tersedia dalam database Genbank tersebut dapat diolah menjadi informasi yang lebih berguna.

Deposit data tersebut, pada akhirnya akan digunakan sebagai informasi penting untuk eksperimen selanjutnya, seperti pengembangan vaksin, obat, kit, ataupun untuk penelitian biomedik.

Ilmu Komputer adalah bagian dari Bioinformatika

Bioinformatika bertugas memberikan front end yang easy to use pada repositori genom. Oleh karena itu, sangat logis jika tools yang sudah biasa digunakan pada teknik informatika juga digunakan pada bioinformatika.

Salah satu contoh sederhana adalah Basic Local Alignment Search Tool (BLAST), yang tautannya ada disini http://blast.ncbi.nlm.nih.gov/Blast.cgi. Tools yang berfungsi sangat mirip dengan search engine Google ini bertugas untuk mencari kesamaan penyejajaran untaian DNA/RNA/Protein. BLAST juga disesuaikan menurut obyek pencariannya, apakah DNA atau Protein. Penyejajaran oleh BLAST ini sangat berguna untuk mencari fungsi dari gen yang belum diketahui. Jika untai DNA yang tidak diketahui asal-usulnya memiliki kesamaan penyejajaran dengan untai DNA suatu gen, maka dipastikan untai DNA tersebut kemungkinan adalah gen yang sudah diketahui tersebut. BLAST adalah tools klasik bioinformatika, yang telah digunakan pada berbagai lab di seluruh dunia, baik secara online ataupun offline.

Sementara itu, tools lain yang banyak digunakan adalah Genome Browser. Fungsi Browser ini sangat analog dengan Google Maps atau Street View. Sama seperti software pemetaan lain, Genome Browser berfungsi untuk memberikan visualisasi terhadap koordinat dari gen pada makhluk hidup.

Salah satu Genome Browser yang terkenal adalah UCSC Browser, yang tautannya ada di http://genome.ucsc.edu/. Tidak jauh berbeda prinsip kerjanya dengan BLAST, Genome Browser juga dimanfaatkan untuk mencari fungsi suatu gen yang belum diketahui.

Nah, dalam artikel ini kita sudah membahas secara sepintas hubungan bionformatika dengan teknik informatika. Bagaimana ilmu bioinformatika dengan ilmu-ilmu lain? Mari kita simak di sajian seri yang akan datang!

Tulisan ini merupakan bagian dari seri Bioinformatika di KompasTekno. Pembaca yang memiliki pertanyaan atau masukan mengenai topik ini bisa menghubungi penulis.

*Tentang Penulis: Dr.rer.nat Arli Aditya Parikesit adalah alumni program Phd Bioinformatika dari Universitas Leipzig, Jerman; Peneliti di Departemen Kimia UI; Managing Editor Netsains.net; dan mantan Koordinator Media/Publikasi PCI NU Jerman. Ia bisa dihubungi melalui akun @arli_par di twitter, https://www.facebook.com/arli.parikesit di facebook, dan www.gplus.to/arli di google+.

No comments:

Post a Comment