KOMPAStekno

KOMPAStekno


Sanggupkah Smartphone Gantikan PC?

Posted: 24 Mar 2013 09:26 AM PDT

KOMPAS.com - Ada banyak upaya untuk menjadikan perangkat smartphone sebagai perangkat produktivitas layaknya PC. Upaya ini muncul seiring makin kuatnya kemampuan smartphone dan makin terikatnya seseorang dengan perangkat itu.

Salah satu vendor smartphone yang menginginkan hal itu adalah BlackBerry. Perusahaan Kanada itu juga berharap ponsel terbarunya dapat mempermudah hidup pengguna agar tak perlu lagi membawa perangkat tambahan.

CEO BlackBerry Thorsten Heins kepada stasiun televisi ABC, mengatakan, BlackBerry 10 terobsesi menjadi pusat komputasi, menggantikan laptop dan tablet. Ia pun berbicara tentang harapan BlackBerry 10 tahun ke depan.

"Kita berbicara tentang pengalaman komputasi mobile untuk pengguna. Anda hanya perlu membawa satu perangkat komputasi, maka Anda mendapat peripheral di sekitar dan membuat hidup Anda jauh lebih mudah daripada seperti sekarang yang harus membawa tablet, smartphone, laptop, dan di kantor memiliki desktop," ujar Heins seperti dikutip dari The Verge, Jumat (22/3/2013).

Ide semacam ini tak hanya dipikirkan oleh Heins dan BlackBerry. Beberapa produsen ponsel pintar telah memikirkan hal serupa, agar perangkat mobile yang berukuran lebih kecil dan ringan, mampu menggantikan peran komputer.

Motorola mencoba memberi solusi dengan menghadirkan Lapdock, sebuah produk aksesori dock keyboard dan layar menyerupai laptop kecil namun tak disertai prosesor, memori, atau media penyimpanan. Ponsel pintar akan berperan sebagai otak penggerak Lapdock, tentu saja dengan bantuan software.

Namun sayang, produk seperti ini kurang diterima pasar. Motorola menghentikan produksi Lapdock pada Oktober 2012.

Perusahaan Asus asal Taiwan, menawarkan konsep berbeda dalam lini produk Padfone. Perangkat ini terdiri atas ponsel pintar dan tablet bersistem operasi Android. Fungsi tablet tak bisa digunakan jika ponsel pintar tidak ditancapkan pada bagian belakang tablet.

Hingga kini Padfone sudah mencapai generasi kedua, namun perangkat ini belum bisa menembus pasar yang lebih luas.

Dari berbagai upaya itu, memang sejauh ini belum bisa dikatakan smartphone mampu menggantikan PC sepenuhnya. Namun, agaknya para produsen smartphone belum akan menyerah dalam waktu dekat. Tunggu saja kiprah berikutnya.

Pengguna Apple, Paling Puas Sedunia

Posted: 24 Mar 2013 06:01 AM PDT


KOMPAS.comSmartphone buatan produsen apakah yang paling membuat puas penggunanya? Menurut lembaga riset konsumen J.D Power & Associates, jawabannya adalah Apple berkat produk iPhone.

Hal tersebut diungkapkan dalam laporan semi tahunan J.D Power & Associates yang dipublikasikan pada Kamis (21/3/2013) lalu. Ini merupakan yang kesembilan secara berturut-turut, Apple iPhone meraih posisi pertama sebagai smartphone yang paling memuaskan di mata pengguna.

J.D Power & Associates meneliti kepuasan pengguna berdasarkan aspek performa, desain fisik, fitur, dan kemudahan dalam memakai. Hasil penilaian disajikan dalam skala tertinggi 1.000 poin, dengan Apple mencetak skor 855.

Nilai tertinggi Apple ada di kategori desain dan kemudahan pakai produknya.

Urutan kedua ditempati Nokia yang mencetak angka 796. Selanjutnya, secara berurutan, ada Samsung, Motorola, HTC, LG, dan BlackBerry.

Lembaga itu mencatat bahwa skor rata-rata tingkat kepuasan konsumen terhadap para produsen ini mengalami peningkatan sejak penelitian sebelumnya pada akhir 2012.

Lalu, bagaimana dengan ponsel tradisional (non-smartphone)? Menurut J.D Power & Associates, produsen ponsel tradisional yang paling memuaskan pengguna adalah LG, disusul oleh Nokia, Sanyo, dan Samsung.

"Menghijaukan" Bumi lewat Social Media

Posted: 24 Mar 2013 05:02 AM PDT


 

KOMPAS.com
— Earth Hour, gerakan memadamkan lampu untuk mengurangi konsumsi listrik selama 60 menit, tahun ini digelar pada 23 Maret 2013. Social media, terutama Twitter, jadi salah satu tempat kampanye ini ramai dibicarakan.

Nadya Hutagalung, duta Earth Hour, dengan dukungan penggerak social media di Indonesia melakukan gerakan bernama #listen2earth.

Salah satu bentuknya adalah sebuah visualisasi digital yang memantau aktivitas pendukung Earth Hour di social media. Visualisasi ini ditampilkan di laman GreenKampong.com/listen2earth/.

Di laman itu ditampilkan sebuah ilustrasi peta dunia. Awalnya, peta itu tampak coklat dan kering. Namun, seiring makin banyaknya aktivitas di social media terkait gerakan ini, peta itu tampak makin hijau dan cerah.

Dalam keterangan tertulisnya, Nadya Hutagalung mengatakan, hal ini diharapkan bisa jadi salah satu cara mengilustrasikan dampak dari aksi individual pada lingkungan.

"Dengan percaya bahwa kita semua bisa menjadi change-makers, langkah awal untuk mebuat perubahan sudah terjadi. Dan seperti yang selalu saya percaya, People Power Saves the Day!" tuturnya.

Listen2earth diprakarsai oleh komunitas Green Kampong dan didukung oleh perusahaan digital yang aktif bergerak di social media seperti rackdigital, InboundID, NoLimitID, dan Rolling Glory.

Kehidupan Siddharta Gautama Jadi Komik Digital

Posted: 24 Mar 2013 02:35 AM PDT

BANDUNG, KOMPAS.com - Mechanimotion Studio, pihak di belakang komik digital The Adventures of Wanara tengah menggarap proyek lain yakni komik digital yang menceritakan kehidupan Siddharta Gautama yang menjadi Buddha. Komik digital 40 panel ini digarap dengan pendekatan budaya di Indonesia, berdasarkan relief pada Candi Borobudur di Jawa Tengah.

Hal itu dibenarkan oleh Adhicipta R Wirawan, CEO Mechanimotion, dalam korespondensi elektronik Sabtu (23/3). Komik digital berjudul "The Path of Awakening" digarap oleh tim yang sama dengan tim komik digital Wanara. Sebut saja Elventales Game yang menggarap unsur gamenya, dan ilustrator komik Wanara, Gerry Arthur, juga terlibat kembali dalam proyek ini.

"Nantinya juga ada mini game dalam komik ini," ujar Adhicipta.

Komik digital ini direncanakan rilis untuk platform iOS dan Android pada bulan Juni 2013, kemungkinan untuk menyambut Buddhist Festival yang digelar di Supermal Surabaya Convention Center pada bulan yang sama.

Berkaca dari komik digital The Wanara, pengguna tidak sekadar membolak balik halaman komik berisi gambar statis. Di sana terdapat animasi sederhana maupun musik latar belakang sehingga kisahnya menjadi lebih hidup. Ada pula mini games pada halaman tertentu sehingga pembaca bisa terhanyut dan seolah menjadi bagian di dalamnya.

Adhicipta mengatakan bahwa komik digital ini dibuat dari hasil kerja sama dengan Buddhist Education Center Indonesia, sebelumnya mereka tertarik dengan penyajian konten komik digital seperti dilakukan dalam The Adventures of Wanara.

Head Coordinator of Exhibition Design and Materials for Buddhist Festival 2013, Hendrick Tanuwidjaja, mengatakan bahwa inisiatif tersebut diambil untuk memperkenalkan pandangan bahwa Buddhisme bukan ajaran yang kuno tapi bisa berjalan dengan kemajuan zaman.

"Pesan welas asih dari Buddha pun bisa disampaikan dengan teknologi agar menjangkau generasi muda," kata Hendrick.

Gaya penyampaian dengan pendekatan kerajaan Jawa Hindu-Buddha sengaja dipilih untuk mengangkat unsur lokal dari Indonesia. Cerita pada komik digital yang mengambil bahan dari relief Candi Borobudur berasal dari kitab Lalitavistara. Hendrick berharap pesan welas asih ini bisa diterima seluruh segmen masyarakat dan bisa diketahui bahwa ajarannya mengilhami beberapa pemikiran yang tumbuh dari Indonesia.

No comments:

Post a Comment