KOMPAStekno

KOMPAStekno


Samsung Pamerkan Galaxy Note 8, Pesaing iPad Mini

Posted: 24 Feb 2013 09:38 AM PST

KOMPAS.com - Samsung memperlihatkan tablet Galaxy Note 8 di ajang Mobile World Congress (MWC) 2013 di Barcelona, Spanyol, Sabtu (23/2/2013). Kehadiran Galaxy Note 8 akan jadi pesaing langsung Apple iPad Mini, mengingat ukurannya yang relatif sama.

Namun, Samsung belum secara resmi mengumumkan ketersediaan dan harga perangkat ini untuk pasar global.

Desain Galaxy Note 8 memiliki ketebalan 7,95mm dan bobot 338 gram. Jika layar iPad Mini berukuran 7,9 inci, maka Galaxy Note 8 tepat berukuran 8 inci berbekal resolusi 1.280 x 800 pixel ketajam 189 pixel per inci. Seperti keluarga Galaxy Note pada umumnya, tablet baru ini juga dibekali pena stylus S-Pen.

Dari sisi performa, Galaxy Note 8 diperkuat dengan prosesor quad-core Exynos kecepatan 1,6GHz dan RAM 2GB. Sistem operasi Android 4.1.2 (Jelly Bean) telah tertanam di dalamnya.

Ada dua pilihan memori internal yang ditawarkan, yakni 16GB dan 32GB. Media penyimpanan dapat diperluas dengan kartu MicroSD. Sensor 5MP terpasang di kamera belakang Galaxy Note 8, dan kamera depan 1,2MP.

Tersedia slot SIM card GSM untuk terkoneksi dengan jaringan internet 3G. Selain itu, Galaxy Note 8 juga mendukung jaringan nirkabel WiFi, bluetooth, GPS, dan bisa dijadikan WiFi Hotspot.

Rambah iOS, Agate Rangkul "Anak" Electronic Arts

Posted: 24 Feb 2013 03:00 AM PST

KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO

Pegawai Agate Studio memperbarui konten permainan Shopping Paradise yang mereka kembangkan dan berbasis jejaring sosial Facebook, Sabtu (19/11). Permainan yang bekerja sama dengan pemasang iklan, yakni situs belanja, ini bisa dimainkan secara gratis dan menjadi skema kerja sama efektif untuk promosi video game.

BANDUNG, KOMPAS.com - Pengembang game asal Kota Bandung, Agate Studio, menjalin kerja sama dengan penerbit Chilingo untuk membidik pasar game mobile platform (Apple) iOS. Mereka bahkan sudah menyiapkan game yang masih dirahasiakan detailnya sebagai karya pertama untuk dirilis Chilingo.

Menurut Humas Agate Studio, Bima Ratio, ajakan kerjasama itu sebetulnya sudah dilontarkan sejak akhir tahun 2012 dan akhirnya ditanggapi pada bulan Januari 2013. Kesepakatan antara dua entitas ini berlangsung melalui internet.

Chilingo sendiri dikenal sebagai penerbit beberapa game yang terbilang laris di App Store, semisal Cut the Rope, Angry Birds, maupun Pixel People. Mereka tercatat sebagai anak perusahaan dari game publisher terkemuka Electronics Art (EA). Hingga kini, kebanyakan game yang mereka rilis diedarkan di App Store.

Bima menggambarkan Chilingo sebagai penerbit yang memiliki standar ketat dalam menyaring game yang bakal dirilis. Tidak jarang, prosesnya bisa memakan waktu yang tidak singkat demi mendapatkan hasil yang optimal.

Chief Executive Officer Agate Studio, Arief Widhiyasa, menyebut kerja sama ini sebagai tantangan tersendiri bagi mereka. "Di satu sisi kami bangga karena terpilih dan bisa berdiri sejajar dengan pengembang game mancanegara. Sisi lainnya, kami berharap bisa menjadi salah satu bukti bahwa gamedev Indonesia mampu bersaing di kancah internasional dengan kualitas prima.

Terkait kerja sama ini, Agate mengatakan telah menyiapkan game baru yang segera dirilis. Namun, Bima masih enggan memberi keterangan lebih detail kecuali genre casual yang disesuaikan untuk segala usia. Waktu rilisnya diperkirakan pada akhir Februari.

Pentingnya Angie dan KPK Bagi Tri

Posted: 24 Feb 2013 01:16 AM PST

KOMPAS.com - Operator telekomunikasi Hutchison CP Telecommunications -- yang mengusung merek Tri -- memanfaatkan sistem yang disebut Angie. Beberapa hal tercakup dalam sistem itu, seperti skema KPK hingga aplikasi Rita.

Seperti apa peranan sistem baru itu bagi mereka?

Dalam workshop bagi media yang digelar di Bandung, 20-21 Februari 2013 yang lalu, Tri berusaha memaparkannya. Sebelum membahas Angie, perlu dimengerti dulu bahwa Angie tidak berdiri sendiri di Tri. Ia merupakan bagian dari sebuah "gelombang" di Tri.

Manjot S. Mann, President Director Hutchison CP Telecommunications, mengatakan Tri Indonesia selama dua tahun belakangan melakukan pembenahan besar-besaran.

Kurang lebih dua tahun lalu, tuturnya, mereka melihat adanya kejenuhan di pasar layanan suara dan SMS, dan pertumbuhan di pasar data. "Kami berpikir, perlukah kami terus bertarung di perang 2G ini, atau sudah harus bersiap untuk masa depan?" ujarnya.

Akhirnya, tutur Mann, mereka memutuskan untuk menghadapi tantangan data dengan perubahan besar. Perubahan yang, klaim Mann, bahkan dimulai dari sisi organisasinya. Salah satu perubahan yang diterapkan adalah Angie.

Angie Memikat Pengecer

Angie merupakan sistem yang digunakan Tri dalam distribusi produk mereka. Sebutan Angie berasal dari kata Next Generation (disingkat NG alias "en ji" atau Angie).

Angie dibuat agar penyebaran produk Tri ke pasaran bisa lebih luas. Caranya dengan memikat para pengecer, yang notabene merupakan ujung tombak operator dalam memasarkan produk mereka.

Di dalam Angie terdapat KPK, yaitu skema Kartu Perdana Kosong. Jika sebelumnya pengecer harus menyimpan banyak nomor perdana dari kartu promosi jenis tertentu, KPK memungkinkan pengecer menyimpan satu jenis kartu saja.

KPK hanya berisi nomor dan bisa didapatkan oleh pengecer tanpa biaya. Hal ini diharapkan bisa membuat pengecer bersedia menyimpan stok KPK, tanpa takut tumpukan itu menjadi basi.

Nah, lewat Angie, KPK bisa diaktifkan menjadi kartu apa saja, sesuai yang diinginkan pelanggan. Aktivasi KPK dilakukan lewat SMS dan SIM Toolkit di kartu milik pengecer.

Lebih dari itu, saat Tri memiliki produk baru, tak perlu lagi dilakukan distribusi kartu fisik ke pengecer sebelum produk baru itu diluncurkan. Selama penyebaran KPK mereka lancar, produk baru itu bisa langsung disebarkan.

Angie juga tersambung dengan Geographical Information System (GIS), sebuah peta yang menampilkan performa para pengecer di lokasi tertentu.

Lewat indikator warna pada titik lokasi pengecer, pihak Tri bisa memantau apakah pengecer tertentu laris atau belum, dan bagaimana cara menanganinya.


Rita dan Trisakti

Untuk melengkapi "senjata" pengecer, Tri juga menyiapkan aplikasi berbasis Android. Salah satunya adalah Rita (dari kata Retailer Application). Aplikasi ini bisa digunakan untuk mengaktifkan KPK.

Rita juga bisa membantu pelanggan yang datang ke pengecer untuk langsung mendaftarkan nomor prabayar mereka.

Di belakang Rita masih ada sistem lain bernama 3Sakti (tri sakti). Ini semacam bank pulsa yang dimiliki oleh pengecer.

Saldo 3Sakti digunakan pengecer untuk berjualan pulsa ke pelanggannya. Selain itu, setiap kali melakukan aktivasi, mereka akan mendapatkan bonus langsung ke saldo 3Sakti tersebut.


Fleksibel

Hal yang paling menarik dari penerapan Angie di Tri adalah fleksibilitasnya. Tri kemudian bisa menjalankan strategi pemasaran produknya tanpa perlu mengubah sistem yang ada.

Untuk pelanggan, KPK bisa dimanfaatkan sehingga tak perlu menunggu datangnya "kartu baru". Untuk menjaga kesetiaan pengecer, insentif bisa dialirkan melalui 3Sakti.  

Salah satu contohnya adalah promo bernama Trims. Promo ini diberikan pada pelanggan yang "setia" berupa "voucher" yang bisa dibawa ke pengecer untuk ditukar dengan nominal Rupiah tertentu. Dalam hal ini pengecer bebas mewujudkannya, bisa dalam bentuk pulsa, uang tunai ataupun untuk membeli produk lain.

Menurut Dolly Susanto, Head of Consumer Marketing Tri, banyak pengecer yang berjualan aksesoris atau produk lain di toko mereka. Trims bisa dimanfaatkan untuk hal ini.

"Termasuk, untuk membeli bakso, jika kebetulan retailer-nya berjualan bakso juga," tuturnya.

No comments:

Post a Comment