KOMPAStekno

KOMPAStekno


Siapa yang Meruntuhkan BlackBerry, Android atau iPhone?

Posted: 29 Sep 2013 02:40 AM PDT

Ilustrasi

KOMPAS.com — Kejatuhan BlackBerry di industri ponsel pintar saat ini banyak disebut sebagai akibat keterlambatan perusahaan tersebut dalam menanggapi iPhone, terutama soal tren layar sentuh dan aplikasi mobile yang diusung "pemain baru" itu.

Tapi apakah iPhone benar merupakan penyebab keruntuhan BlackBerry?

Sebagaimana dilansir oleh BGR, sebuah grafik pangsa pasar yang dibuat Business Insider berdasarkan data terkini dari Gartner memperlihatkan bahwa BlackBerry masih memiliki pangsa pasar signifikan pada 2009, dua tahun setelah kemunculan iPhone.

Kemudian muncul Android. Pada 2010, platform besutan Google ini mulai mengalami peningkatan tajam dalam hal market share. Bersama itu, kejatuhan BlackBerry pun mulai terasa.

Pangsa pasar perusahaan asal Kanada yang dulu bernama Research In Motion (RIM) tersebut termakan oleh Android yang kini menguasai 80 persen pasar ponsel pintar global.

Akan halnya Apple, pangsa pasar pembuat iPhone ini relatif konsisten dan berada di kisaran 15 hingga 20 persen selama 4 tahun terakhir. Jadi, perusahaan ini tak terlalu banyak menggerus pangsa pasar BlackBerry.

Lalu, mengapa justru Android yang paling banyak menekan BlackBerry? Kemungkinan hal ini ada hubungannya dengan keadaan pasar di negara-negara berkembang.

Di wilayah-wilayah tersebut, konsumen yang tidak bisa membeli iPhone beralih ke tawaran ponsel-ponsel Android murah dari produsen semacam Samsung, Xiaomi, dan ZTE. Perangkat Android ini lebih disukai karena mengusung spesifikasi dan pilihan aplikasi yang lebih baik dibandingkan ponsel pintar BlackBerry.

Inisiatif Google menciptakan platform Android yang bisa dipakai oleh produsen apa pun telah mendorong munculnya perangkat-perangkat terjangkau dari berbagai merek. Inilah yang mungkin jadi penyebab utama dari tumbangnya BlackBerry.

Samsung Tak Mau Ikuti Keamanan iPhone 5S

Posted: 28 Sep 2013 11:37 PM PDT

Samsung

KOMPAS.com - Tak lama setelah iPhone 5S meluncur, Samsung mengumumkan bakal segera meluncurkan prosesor 64-bit untuk ponselnya. Apakah perusahaan Korea Selatan ini juga akan menerapkan teknologi sensor sidik jari?

Dalam waktu dekat, ternyata Samsung belum berminat membuat fitur keamanan macam itu. "Kami tak pernah mengatakan bahwa Samsung sedang mempertimbangkan untuk memakai sensor sidik jari untuk Galaxy Note 3. Kami belum mengembangkan teknologi itu," ujar seorang pejabat Samsung, seperti dikutip oleh Pocket Lint dari The Korea Herald.

Sebelumnya, ramai beredar kabar bahwa Samsung Galaxy Note 3 bakal mengusung alat pemindai sidik jari. Tapi, Samsung cukup percaya diri dengan mengandalkan fitur Knox untuk keperluan sekuriti perangkat tersebut.

Para analis di Negeri Ginseng berpendapat bahwa ada dua hal yang menghalangi Samsung menerapkan teknologi keamanan berbasis sidik jari.

Pertama, untuk mewujudkan hal tersebut, Samsung harus bekerjasama dengan Crucialtek, satu-satunya perusahaan di Korea Selatan yang memiliki spesialisasi di bidang terkait. Masalahnya, perusahaan ini dipandang masih tertinggal dibanding Authentec yang diakuisisi Apple untuk mengembangkan teknologi sidik jari di iPhone 5S.

"Bakal makan waktu setahun (bagi Crucialtek) untuk bisa membuat teknologi yang stabil," ujar analis Kim Hye-yong dari Woori Investment & Securities.

Yang kedua, Samsung kemungkinan mau menunggu untuk melihat apabila teknologi pemindai sidik jari akan bertahan lama di pasar dan terbukti lebih dari sekedar tren.

"Di sektor mobile, Samsung lebih bersikap seperti pengikut yang bertindak cepat dibanding risk taker. Samsung sedang menunggu sampai Apple membuka pasar," ucap peneliti Hyundai Securities, Yoon Jung-sun.

ZTE Geek, Ponsel Tegra 4 Pertama

Posted: 28 Sep 2013 09:36 PM PDT

KOMPAS.com - ZTE tampak semakin ambisius bermain di industri ponsel pintar. Hal tersebut ditunjukkan dengan dirilisnya ponsel terbaru dengan spesifikasi gahar dari ZTE yang diberi nama Geek.

Yang membuat Geek menjadi spesial adalah komponen prosesornya. Produk dari produsen China ini merupakan ponsel pintar pertama di dunia yang dirilis dengan prosesor terbaru buatan Nvidia, Tegra 4. Prosesor ini memiliki empat inti (quad-core) dan memiliki kecepatan 1,8 GHz.

Untuk urusan layar, ZTE Geek akan dilengkapi dengan layar berukuran 5 inci. Layar tersebut sudah mendukung resolusi Full HD 1080p.

Sementara itu, spesifikasi lain yang digunakan oleh ZTE Geek adalah RAM 2 GB, media penyimpanan internal 16 GB, dan baterai dengan kapasitas 2.300 mAH. Produk ini akan menjalankan sistem operasi Android 4.2 Jelly Bean.

Terdapat dua kamera, di bagian belakang dengan sensor 13 megapiksel dan bagian depan dengan kamera 2 megapiksel.

Untuk sementara ini, ZTE Geek hanya dapat bekerja di jaringan mobile China. Dikutip dari Phone Arena, Kamis (26/9/2013), ponsel tersebut tidak akan mendukung jaringan mobile di luar negara ini

ZTE Geek dibanderol dengan harga 310 dollar AS atau Rp 3.4 juta.

Facebook, Aplikasi Terfavorit Asia Tenggara

Posted: 28 Sep 2013 06:50 PM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Jejaring sosial internet Facebook menduduki peringkat teratas dari 10 aplikasi ponsel pintar terfavorit di kawasan Asia Tenggara.

Berdasarkan survei Nielsen Informate Mobile Insight, Facebook menduduki peringkat teratas sebagai aplikasi ponsel pintar terfavorit di 3 dari 4 negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Filipina, dan peringkat kedua di Thailand setelah Line, aplikasi pesan instan asal Jepang.

Aplikasi populer lainnya di Asia Tenggara seperti Google Play Store, YouTube, dan Line. Sementara aplikasi game Candy Crush Saga berhasil masuk di peringkat keempat.

Pemilik ponsel pintar di Asia Tenggara gemar menggunakan aplikasi di ponsel pintar, mereka menghabiskan waktu rata-rata 3 seperempat jam sehari untuk menggunakan aplikasi. Penggunaan aplikasi paling sering adalah di Malaysia (66 menit per hari), Thailand (46 menit per hari), Filipina (41 menit per hari), dan Indonesia (40 menit per hari).

"Pentingnya aplikasi dan pengaruhnya terhadap pasar mobile yang sangat kompetitif dewasa ini telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir," kata Direktur Nielsen Telecom and Technology Practice Asia Tenggara, Sagar Phadke, dalam siaran pers, Jumat (27/9/2013).

Lebih lanjut, Sagar menjelaskan, pengguna aplikasi kini telah berkembang pesat sehingga memberi peluang luar biasa bagi para brand marketeers untuk memaksimalkan penggunaan aplikasi untuk membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen.

Survei Nielsen Informate Mobile Insight kali ini dilakukan dengan menggabungkan penetrasi dengan rata-rata waktu penggunaan per bulan untuk mengukur aplikasi yang paling disukai di wilayah Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand.

No comments:

Post a Comment