KOMPAStekno

KOMPAStekno


Yuk, Nostalgia dengan Tampilan Lawas Google

Posted: 27 Sep 2013 06:57 AM PDT

KOMPAS.com — Google genap berusia 15 tahun pada 27 September 2013. Secara global, Google mengubah tampilan utama situsnya dengan desain interaktif yang menandakan bahwa hari ini mereka berulang tahun.

Jika Anda mencari dengan kata kunci "Google in 1998," maka mesin pencari ini akan menawarkan konten terkait sejarah perusahaan. Mulai dari artikel, foto kedua pendiri, sampai gambar dari tampilan utama situs Google ketika masih dirintis.

Ternyata, Google sempat menggunakan tanda seru di logonya, yang membuatnya mirip dengan logo Yahoo!.

Sejak masih dalam tahap beta, perusahaan telah menggunakan empat warna dalam logo teks Google, yakni biru, merah, kuning, dan hijau. Empat warna ini dipertahankan hingga sekarang. Namun, jenis huruf di logonya sudah berubah.

Google didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin, yang kala itu masih kuliah ilmu komputer di Universitas Stanford. Pada 1996, keduanya berkolaborasi membuat mesin pencari bernama BackRub.

Keduanya memutuskan untuk mengganti nama BackRub. Setelah bertukar pendapat, mereka akhirnya menggunakan nama Google, yang merupakan plesetan dari kata "googol", sebuah istilah matematika untuk bilangan yang direpresentasikan dengan angka 1 yang diikuti 100 angka nol. Penggunaan istilah itu mencerminkan misi mereka untuk mengatur jumlah informasi yang tidak terbatas di jaringan.

Perusahaan Google Inc resmi berdiri pada Agustus 1998. Mereka menjadikan garasi rumah Susan Wojcicki di Menlo Park, California, sebagai kantor. Page dan Brin kemudian mempekerjakan Craig Silverstein sebagai karyawan pertama Google.

3 Sengketa Merek di Ranah TI Indonesia

Posted: 27 Sep 2013 03:02 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Kudunyahoo.com, sebuah situs informasi kuliner hotel dan wisata di Indonesia, bisa jadi tidak lagi menggunakan nama tersebut di masa yang akan datang. Lantaran namanya dinilai mirip, situs asli buatan anak-anak asli asal Indonesia ini digugat oleh Yahoo Inc.

Di Indonesia, kasus sengketa akibat nama atau merek dagang memang sudah sering terjadi. Dari ranah dunia teknologi saja, sudah ada beberapa perusahaan multinasional yang "bertarung" akibat kasus semacam ini. Tiga perusahaan besar yang pernah menjadi pusat perhatian adalah Sony, HTC, dan Intel.

Tentu saja, kasus yang menimpa Kudunyahoo.com tidak sepenuhnya sama dengan ketiga perusahaan tersebut. Namun, menarik juga untuk melihat seperti apa kasus yang sudah dilalui Sony, HTC, dan Intel.

Sengketa Sony

Di Indonesia, Sony Corporation, perusahaan elektronik raksasa asal Jepang, pernah bersengketa dengan seorang blogger yang juga memiliki nama Sony AK pada tahun 2010 silam. Nama situs blog buatan Sony AK, www.sony-ak.com, dinilai mirip dengan domain milik Sony Corporation.

Sony AK bersikukuh untuk terus menggunakan nama domainnya. Alasannya, ia telah mengembangkan domain tersebut cukup lama. Penggunaan nama domain tersebut juga dilakukan semata-mata karena sesuai dengan singkatan namanya sendiri.

Sony AK juga tidak mengomersialkan layanan di situsnya itu. Bahkan, di salah satu bagian situs, Sony AK menuliskan bahwa situs ini tidak ada hubungan sama sekali dengan Sony Corporation.

Permasalahan antara Sony Corp vs Sony AK ini akhirnya diselesaikan secara kekeluargaan. Ditengahi oleh pihak Sony Indonesia, Sony Jepang bertemu langsung dengan pihak Sony AK untuk penyelesaian masalah ini.

Dalam pertemuan ini, semua masalah diluruskan dan pihak Sony Jepang akhirnya meminta maaf atas somasi yang diberikan. Dengan ditandatanganinya sebuah kesepakatan antara Sony AK dengan Sony Corp Jepang, layangan somasi akhirnya dicabut.

Sengketa HTC

HTC, vendor ponsel asal Taiwan, pernah juga bersengketa di Indonesia di pertengahan tahun 2010. Lawannya adalah sebuah perusahaan lokal milik Vincent Siswanto, yaitu hTC.

Berbeda dari kasus Sony yang selesai dengan cara kekeluargaan, kasus HTC melawan hTC harus diselesaikan di pengadilan. Di akhir persidangan, hakim memutuskan untuk memenangkan penggugat, yaitu HTC Corp, secara seluruhnya.

Alasannya, HTC mampu membuktikan bahwa mereka adalah pemilik sah dari merek yang disengketakan. Nama ini sudah terdaftar di 108 negara di dunia, seperti Amerika Serikat, Kanada, Jepang, China, Australia, Selandia Baru, dan sejumlah negara di Asia Tenggara.

Pihak hakim juga menemukan adanya kesamaan pada pokok produk milik hTC dengan HTC.

Oleh karena itu, menurut hakim, merek hTC milik Vincent dilandasi itikad tidak baik, yaitu membonceng ketenaran sehingga menimbulkan persaingan usaha yang curang.

Ada beberapa produk yang dirilis dengan nama hTC. Produk-produk ini sudah didaftarkan pada 21 Januari 2008 dan mendapatkan sertifikat No. IDM000218952 tertanggal 5 Oktober 2009 untuk melindungi jenis barang kelas 9. Produk-produk tersebut berupa alat optik, alat potret, kabel listrik, flash disk, USB, VCD Player, DVD PLayer, dan video game player.

Sementara, HTC kala itu baru mendaftarkan empat merek produk, meliputi ponsel, telepon video, notebook, dan lain-lain.

Sengketa Intel

Kasus sengketa merek dagang Intel di Indonesia berlangsung sangat lama. Kasus melawan PT Panggung Electronic sudah dimulai pada tahun 1993 dan baru berakhir nyaris 15 tahun kemudian pada tahun 2009.

Kala itu, Intel, perusahaan yang banyak mendaftarkan produk di bidang komputer, komunikasi, dan barang elektronik ini, mempermasalahkan pendaftaran merek dagang Intel No 363073, 363075, 363076,363077,363078 yang terdaftar atas nama PT Panggung.

Adapun merek-merek produk yang didaftarkan PT Panggung terdiri dari barang rak untuk audio, lemari es, freezer, peralatan elektronik di bidang kedokteran, pompa air listrik, mixer, blender, dan lain-lain.

Pada September 1993, pihak Intel Corp sempat mengalami "kekalahan". Tuntutannya ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat karena pada saat itu, Intel bukanlah sebuah merek terkenal. Tidak terima dengan keputusan ini, Intel kembali menuntut PT Panggung.

Masalah ini akhirnya baru selesai pada tahun 2009 dengan cara damai. Sayangnya, tidak dijelaskan cara penyelesaian tersebut.

Nah, bagaimana dengan kasus Kudunyahoo vs Yahoo? Akankah kasus ini selesai dengan kesepakatan damai, atau keduanya harus "bertempur" di pengadilan?

Pemegang Saham Terbesar Yakin Bisa Beli BlackBerry

Posted: 27 Sep 2013 02:08 AM PDT

KOMPAS.com — CEO Fairfax Financial Holdings, Prem Watsa, yakin bahwa konsorsium yang dipimpinnya dapat menemukan pinjaman dana untuk membeli BlackBerry sebesar 4,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 54 triliun.

"Kami tidak akan menempatkan nama kami sebagai pemimpin konsorsium jika tidak merasa yakin akan mampu membiayainya," kata Watsa seperti dikutip dari Reuters, Kamis (26/9/2013).

Dalam tawarannya, konsorsium ini akan mengakuisisi uang tunai atas seluruh saham yang beredar di BlackBerry, tetapi tidak termasuk saham milik Fairfax. Para pemegang saham ditawarkan 9 dollar AS secara tunai untuk setiap lembar saham yang mereka miliki.

Jika BlackBerry menyetujui tawaran ini, maka perusahaan yang berdiri pada 1984 itu bakal kembali jadi perusahaan privat dan angkat kaki dari bursa saham. Menurut Watsa, BlackBerry lebih baik jadi perusaha privat agar terlepas dari perhatian publik.

"BlackBerry adalah salah satu kisah kesuksesan besar Kanada," tutur Watsa. Ia menyadari saat ini BlackBerry sedang berada dalam masa sulit, tetapi mereka memiliki keyakinan akan meraih sukses lagi. "Kami menempatkan konsorsium ini secara bersama-sama untuk memastikan apa yang akan terjadi," tambahnya.

Namun, Watsa enggan menyebutkan siapa atau perusahaan apa saja yang tergabung dalam konsorsiumnya. Ia juga tak menjawab pertanyaan Reuters tentang jaminan pinjaman dana.

Fairfax memiliki 10 persen saham di BlackBerry, yang juga pemilik saham mayoritas. Sementara Watsa, sering disebut sebagai Warren Buffett-nya Kanada, karena ia sukses dalam berinvestasi.

Tawaran dari konsorsium yang dipimpin Fairfax belum mencapai final. BlackBerry masih diberi kesempatan hingga 4 November 2013 untuk berpikir dan bernegosiasi dengan pihak lain yang mengajukan tawaran berbeda.

Pihak lain yang dikabarkan akan mengajukan penawaran terhadap BlackBerry adalah Mike Lazaridis, yang tak lain adalah pendiri dan mantan CEO BlackBerry. The New York Times melaporkan, Lazaridis mengulurkan tangan kepada Blackstone Group dan Carlyle Group untuk menyusun tawaran tersebut.

Kurang Laku, Harga iPhone 5C Dipangkas

Posted: 27 Sep 2013 01:38 AM PDT

KOMPAS.com — Dirilis bersamaan ke pasaran, popularitas iPhone 5C masih kalah jauh dibandingkan iPhone 5S. Di saat iPhone 5S dikabarkan sudah mulai habis diburu konsumen, iPhone 5C masih tersisa banyak di rak-rak toko.

Untuk menyikapi kendala tersebut, para penjual iPhone 5C di China berinisiatif untuk memangkas harga, meskipun produk ini belum terlalu lama beredar di pasaran.

Menurut laporan Caijing, seperti dikutip dari BGR, Jumat (27/9/2013), harga iPhone 5C sudah didiskon dari 4.488 yuan atau sekitar Rp 8,4 juta menjadi 3.699 yuan atau sekitar Rp 6,7 juta di sebuah toko yang terletak di Tmall, salah satu pusat perbelanjaan terbesar di China.

Caijing mengungkapkan, pemotongan harga ini dilakukan akibat lemahnya penjualan iPhone 5C. Popularitas produk tersebut dikatakan tertutup bayang-bayang dari sang kakak, iPhone 5S.

Salah satu faktor kurang lakunya iPhone 5C boleh jadi disebabkan oleh harganya. Sejak rumor mengenai produk ini muncul ke permukaan, iPhone 5C digadang-gadang sebagai ponsel Apple dengan harga terjangkau.

Nyatanya, rumor tinggallah rumor. Produk ini ternyata diplot sebagai pengganti iPhone 5 di pasaran. iPhone 5C sejatinya adalah model tahun lalu yang hadir dengan "kulit" dan nama baru. Oleh karena itu, tidak aneh apabila harganya tidak jauh berbeda dari iPhone 5.

Sebagai perbandingan, iPhone 5C versi tak terikat kontrak (unlocked) di Amerika Serikat dijual dengan harga 549 dollar AS atau sekitar Rp 6,3 juta untuk versi 16 GB dan 649 dollar AS atau sekitar Rp 7,5 juta untuk versi 32 GB.

Kudunyahoo: Tak Ada Niat Menyamai Yahoo

Posted: 27 Sep 2013 12:52 AM PDT

Tampilan situs KuduNyahoo.com

KOMPAS.com — Siapa sangka, kelebihan satu huruf "o" bisa mengundang masalah dari Yahoo. Itulah yang menjadi pokok keberatan raksasa internet tersebut terhadap nama sebuah situs lokal, Kudunyahoo.com.

Yahoo pun melayangkan surat peringatan kepada Kudu Nyahoo, yang isinya memerintahkan situs tersebut mengganti domain dan menghapus semua konten yang berkaitan dengan Yahoo.

Padahal, menurut salah satu pendiri situs Kudu Nyahoo, Assa Haq, pihaknya tidak pernah berniat ingin membuat kemiripan antara nama situsnya dan brand perusahaan asal Amerika Serikat tersebut.

Nama "Kudu Nyahoo" sendiri diambil dari dua kata dalam bahasa Sunda, yaitu kudu dan nyaho, yang berarti "harus tahu". Sesuai namanya, situs ini menyajikan beragam informasi seputar kuliner dan wisata di Indonesia.

"Untuk menegaskan makna nyaho, ditambahkanlah satu huruf 'o' di belakangnya, jadi seperti 'haloo'," ujar Assa kepada KompasTekno ketika dihubungi, Kamis (26/9/2013). Dia melanjutkan, pihak Yahoo tidak mempermasalahkan hal lain dari situs Kudu Nyahoo di samping kelebihan huruf "o" tersebut.

Assa merasa keberatan jika situsnya dituduh mencatut nama Yahoo. Menurut dia, di internet ada banyak situs lain yang jelas-jelas melanggar hak cipta Yahoo dengan menggunakan brand tersebut dalam penamaan situs web. "Jadi, kenapa kami yang dituduh? Padahal, maknanya beda sekali dan ada huruf 'n' pada kata 'nyahoo'."

Assa mengaku masih belum tahu bagaimana pihaknya akan menyelesaikan konflik dengan Yahoo tersebut. Yang pasti, apabila ternyata memang melanggar, dia menyatakan tak keberatan mengganti domain. "Kami ingin tahu dulu sejauh mana aplikasi hak paten itu, apakah bahasa daerah bisa dipatenkan juga?" tanyanya.

Situs Kudu Nyahoo sempat tak bisa diakses pada Kamis (26/9/2013) kemarin karena suatu sebab yang tidak diketahui pemiliknya sendiri. Pada Jumat (27/9/2013), Kudu Nyahoo sudah bisa dikunjungi lagi.

Apa pun penyelesaiannya dengan pihak Yahoo nanti, Assa berharap bisa melanjutkan layanan informasi yang sudah dirintis sejak dua tahun lalu itu bersama dua pendiri lain, Hady Hidayat dan Syarief Hidayat. "Kami ingin dihargai juga. Sama sekali tidak ada keinginan untuk menyamai Yahoo," tutupnya.

No comments:

Post a Comment