KOMPAStekno

KOMPAStekno


Smartfren Rilis Android "Quad-Core" Andromax U2

Posted: 30 Aug 2013 03:11 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Operator seluler Smartfren kembali merilis ponsel pintar Android terbaru, Andromax U2, di Jakarta, Jumat (30/8/2013).

Andromax U2 merupakan ponsel pintar Android ketiga dari Smartfren yang memakai prosesor quad-core, setelah Andromax V dan Andromax U Limited.

Head of Smartphone Device Smartfren, Sukaca Purwokardjono mengatakan, Andromax U2 punya keunggulan dari sisi speaker audio dibandingkan Andromax seri sebelumnya. "Audio yang dihasilkan dari Andromax U2 menghasilkan suara yang baik untuk menonton video atau bermain game," katanya.

Andromax U2 merupakan produk yang dikeluarkan oleh produsen Hisense asal China. Sukaca menargetkan, Andromax U2 dapat terjual sebanyak 120.000 sampai 150.000 unit dalam waktu 3 sampai 4 bulan ke depan.

Andromax U2 hadir dengan desain layar seluas 4,5 inci jenis IPS resolusi 1080p. Dapur pacunya dibekali dengan prosesor quad-core Qualcomm Snapdragon MSM8625@ kecepatan 1,2GHz, RAM 1GB, dan unit prosesor grafis Adreno 203.

Sistem operasi yang dipakai adalah Android 4.1 (Jelly Bean). Namun, memori internal yang tersedia hanya 4GB dan dapat diekspansi dengan kartu memori eksternal MicroSD.

Kamera belakangnya dibekali sensor 8MP dan kamera depan 2MP. Andromax U2 mendukung pemakaian SIM card ganda. Selain jaringan CDMA EVDO Rev. A, Andromax U2 juga mendukung jaringan GSM 3G.

Untuk konektivitas lainnya, Andromax U2 mendukung GPS, Bluetooth, WiFi, WiFi Hotspot, serta jack audio 3,5mm.

Ponsel ini dilepas ke pasar dengan harga Rp 1.870.000.

BlackBerry Q10 Diyakini Laris, Ini Pengakuan Penjual

Posted: 30 Aug 2013 02:23 AM PDT

KOMPAS.com — Keputusan BlackBerry untuk memasarkan terlebih dahulu ponsel Z10 dengan desain layar sentuh penuh, tampaknya telah menjadi bumerang. Ketika Q10 beredar di pasar, ponsel dengan desain papan ketik fisik itu dinilai telah kehilangan momentum.

Beberapa petinggi perusahaan ritel produk elektronik di AS dan Kanada menyatakan bahwa penjualan BlackBerry Q10 lemah. Di Kanada, Q10 baru dipasarkan pada bulan Mei, sedangkan di AS pada bulan Juni.

Chirs Jourdan, pemilik 16 toko Wireless Zone di Midwestern, AS, mengatakan hanya sedikit pelanggan yang mengincar Q10. Atas dasar itu, tokonya hanya memesan beberapa unit Q10 di setiap lokasi. Jourdan pun mengakui tingkat pengembalian produk Q10 ke vendor terbilang tinggi.

"Kami melihat hampir tidak ada permintaan terhadap Q10 dan akhirnya sebagian dikembalikan ke vendor kami," ujarnya seperti dikutip dari The Wall Street Journal, Rabu (28/8/2013).

Hal serupa diungkapkan Jeff Trachsel, Direktur Pemasaran NextWorth, toko yang melayani tukar-tambah perangkat elektronik. Menurutnya, ketika Z10 dan Q10 dipasarkan, tak banyak pelanggan BlackBerry lama yang menukarkan ponsel lamanya dengan produk baru.

"Kami pikir akan ada banyak penggemar BlackBerry yang menunggu untuk upgrade perangkat, tapi tampaknya mereka sudah berpaling," tutur Trachsel.

Juru bicara BlackBerry menolak berkomentar soal penjualan ponsel. Ia hanya menegaskan, perusahaan baru membuat perjanjian dengan beberapa lembaga untuk menggunakan produk BlackBerry, termasuk Univision Communication dan Departemen Pertahanan AS.

Sebelumnya, CEO BlackBerry Thorsten Heins mengatakan, pengguna ponsel BlackBerry cenderung setia dengan ponsel desain papan ketik fisik. Ia meyakini BlackBerry masih "memiliki" pasar untuk ponsel desain papan ketik, dan ia menilai pasar bisa menunggu kedatangan Q10.

The Wall Street Journal melaporkan, baik Z10 maupun Q10 belum bisa berkontribusi banyak untuk penjualan BlackBerry. Beberapa operator seluler di Amerika Serikat dan Kanada mulai memotong harga produk itu.

"Saya pikir kita semua akan berpendapat bahwa Q10 akan menjadi penyelamat, tetapi produk itu malah jatuh dan mati," kata seorang eksekutif dari perusahaan operator seluler Kanada. "Produk itu tidak mendorong angka penjualan yang diharapkan."

Lesunya penjualan BlackBerry 10 tampaknya telah menjadi alasan BlackBerry untuk melakukan langkah strategis. Dewan direksi telah membentuk komite khusus untuk membahas langkah yang akan diambil demi menentukan masa depan dan meningkatkan nilai BlackBerry.

Ada empat langkah yang mungkin akan diambil dewan direksi. Pertama, tidak melakukan langkah strategis apa pun dan melanjutkan rencana awal; kedua, melakukan strategic line yang mungkin bisa bekerja sama dengan perusahaan lain dalam hal lisensi paten dan aplikasi; ketiga, membentuk perusahaan patungan; dan yang keempat adalah menjual perusahaan.

"Save the Hamsters", Game Matematika Karya Anak Madura

Posted: 30 Aug 2013 01:01 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak cara membuat matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan. Bahkan, melalui seekor hamster, tanpa sadar kita telah belajar matematika, sekaligus mengasah kemampuan merancang strategi untuk mencapai tujuan.

Sekelompok mahasiswa dari Universitas Trunojoyo, Madura, membuat game berjudul Save the Hamsters. Game ini berhasil menjadi juara kedua dalam kompetisi pembuatan game tingkat mahasiswa sedunia, Imagine Cup 2013, yang diselenggarakan Microsoft di Rusia pada Juli lalu.

Ini adalah sebuah game kasual, dengan peraturan sederhana yang tidak memerlukan komitmen waktu atau keahlian khusus. Siapa saja bisa memainkannya.

Save the Hamsters menyediakan soal matematika. Di stage pertama, yaitu di daerah kawasan The Forest, soal yang disajikan masih berupa penjumlahan. Di stage kedua atau kawasan The Beach, soal yang muncul adalah perkalian. Dalam satu stage terdapat lima belas level.

Saat berbincang dengan KompasTekno di kantor Microsoft Indonesia, Kamis (29/8/2013), CEO Solite Studio, Asadullohil Ghalib Kubat mengatakan, pihaknya sedang membuat stage-stage baru untuk soal pengurangan dan pembagian yang hingga kini belum diterbitkan.

Angka-angkanya tertulis di tubuh hamster. Pemain harus menjatuhkan hamster ke tanah berlubang yang berada di bawah layar, agar menjawab soal matematika tersebut seperti gambar di bawah ini:

Di lubang pertama sudah ada hamster dengan angka 10. Lalu, pemain harus menjatuhkan hamster angka 16 di lubang kedua, kemudian menjatuhkan hamster angka 26 di lubang ketiga. Hasilnya nanti adalah: 10 + 16 = 26.

Cara menjatuhkan hamster itu adalah dengan menghancurkan balok tempat si hamster berdiri. Dan jangan lupa, hamster-hamster yang dijatuhkan itu harus mengambil biji-biji jagung berwarna kuning untuk menambah poin. Jika hamster tidak masuk ke lubang atau masuk ke lubang yang salah, pemain harus mengulang level tersebut.

Selain mempelajari soal penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian, game ini juga mengasah kemampuan merancang strategi. Sambil menunggu momentum yang tepat untuk menjatuhkan si hamster, kecepatan dan reflek kita pun turut diasah.

Tingkat kesulitannya tidak terlalu tinggi, dan KompasTekno merekomendasikan game ini sangat cocok untuk anak-anak. Dari sisi grafis, Save the Hamsters menawarkan animasi yang cukup menarik serta latar belakang musik yang lumayan enak sebagai pengiring saat bermain.

Sementara ini, Save the Hamsters hanya tersedia di ponsel pintar Windows Phone 7,5 dan 8, serta komputer pribadi bersistem operasi Windows 8. Game ini berhasil meraih 250.000 unduhan dalam waktu dua bulan. Prestasi yang cukup membanggakan dari sebuah game edukatif.

Selain Asadullohil Ghalib Kubat, Save the Hamsters juga dibuat oleh Miftah Alfiansyah (CTO), Tony Wijaya (COO), M. Bagus Muslim (Artist Leader), dan 5 orang lainnya. Kebanyakan dari mereka masih berusia belia, rata-rata 22 tahun, dan baru menyelesaikan studi sarjana Ilmu Teknik Informatika di Universitas Trunojoyo, Madura.

Berkat prestasi juara kedua di lomba Imagine Cup 2013, Solite Studio mendapat hadiah uang sebesar 11.000 dollar AS. Mereka mengatakan, uang itu akan digunakan untuk membangun perusahaan berbentuk perseroan terbatas (PT).

"Kami sudah menyewa rumah sebagai kantor, dan berlangganan akses internet. Dalam waktu dekat ini kita akan bentuk PT dan kerja bersama-sama untuk membuat game-game berikutnya," ujar Asadullohil.

Selanjutnya, Solite Studio akan memutar otak agar game mereka dapat menghasilkan uang. Beberapa rencana akan mereka lakukan, yakni dengan metode in-app-purchase atau pembelian item digital dalam aplikasi.

Skype Kembangkan Percakapan 3D

Posted: 30 Aug 2013 12:25 AM PDT

Skype mengkonfirmasikan bahwa mereka tengah mengembangkan panggilan video dengan format 3D.

Kabar ini diungkap seorang eksekutif senior kepada BBC saat merayakan 10 tahun layanan panggilan video Skype.

Sebelumnya spekulasi terkait kemungkinan teknologi 3D dalam panggilan video mengemuka saat Skype menayangkan sebuah iklan April lalu yang mengatakan tengah mencari cara untuk menciptakan "tubuh ganda" bagi para pekerja yang tidak bisa datang ke rapat.

"Kami telah bekerja di laboratorium untuk mencari kapabilitas layar dan piranti penangkap 3D," kata wakil presiden korporat Microsoft, Mark Gillett.

"Kami telah membuat banyak kemajuan di layar dan banyak orang sekarang yang membeli TV dan monitor komputer yang mampu mengantarkan gambar 3D."

Tetapi dia mengingatkan bahwa masih perlu lebih lama lagi sebelum teknologi ini bisa diluncurkan.

"Piranti penangkap teknologi 3D saat ini belum ada. Di saat kami mengembangkan teknologi semacam itu, Anda harus menambah banyak kamera, mengkalibrasinya dengan tepat dan mengarahkannya dengan sudut yang pas."

"Kami memilikinya di lab, kami tahu bagaimana itu bekerja dan kami tengah mencari perangkat ekosistem dan kapabilitas mereka untuk membuat keputusan kapan kira-kira kami membawa sesuatu semacam ini ke pasar."

'Semakin dekat'

Keputusan Skype untuk mendukung teknologi 3D diperkirakan bisa meningkatkan lagi pembuat perangkat format ini karena saat ini sejumlah perusahaan menunjukkan keengganan menggunakannya.

Divisi ESPN Disney baru-baru ini mengumumkan penghentian saluran 3D mereka dan BBC juga akan mengakhiri eksperimen dua tahun format ini setelah perayaan 50 tahun tayangan Doctor Who pada November mendatang.

Sementara James Cameron, sutradara dibelakang kesuksesan film 3D, Avatar, mengatakan bahwa "tak terelakkan" bagi semua konten hiburan yang pada akhirnya akan dibuat format 3D saat kacamata khusus tidak lagi dibutuhkan "karena begitulah kita melihat dunia."

Gillett mengaku setuju dengan Cameron, tetapi dia mengingatkan bahwa percakapan video dalam format 3D masih akan lama.

"Saya bisa membayangkan di hari saat Anda memiliki layar telepon seluler 3D yang tidak membutuhkan lagi kaca mata 3D," katanya.

"Cukup jelas bagi saya bahwa kita semakin dekat untuk memiliki kamera 3D di telepon seluler."

"Kita masih di tahun pertama kemungkinan kamera terpasang di TV rumah, tetapi kita masih memiliki beberapa tahun lagi dari kamera yang bisa menangkap konteks 3D."

Pemodal "Startup" Teknologi di Indonesia Bentuk Aliansi

Posted: 30 Aug 2013 12:04 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Delapan pemodal ventura (venture capital) dan perusahaan inkubator di Indonesia bergabung untuk mendirikan Aliansi Venture Capital di Indonesia (Alliance of Venture Capital in Indonesia/AVCII), Kamis (29/8/2013).

Aliansi ini didirikan oleh Cyber Agent Ventures, East Ventures, GEPI, Grapura Inc, Ideosource, Jakarta Founder Institute, Merah Putih Incubator, dan Mountain Indonesia. AVCII menunjuk Sebastian Togelang dari Mountain Indonesia sebagai ketua, dan Aryo Ariotedjo dari Grupara Inc sebagai wakil ketua.

Aryo Ariotedjo mengatakan, organisasi ini punya misi saling membantu dalam hal pengetahuan, sumber daya, fasilitas, dan berbagi informasi. Sementara ini, AVCII masih fokus pada venture capital yang berinvestasi di perusahaan rintisan (startup) bidang teknologi informasi.

"Organisasi ini akan mensosialisasikan tentang apa itu venture capital, karena industri ini masih kecil dan banyak masyarakat yang belum mengetahuinya. Kita juga akan menjalin komunikasi dengan para investor dan pelaku startup," ujar Aryo saat dihubungi KompasTekno.

Bukan hanya pemodal dari Indonesia, AVCII juga terbuka untuk para pemodal asing, termasuk venture capital, angel investor (pemodal perorangan), inkubator, akselelator, dan bentuk investasi lainnya.

AVCII berkomitmen mengumpulkan data seputar industri venture capital, termasuk jumlah venture capital di Indonesia hingga jumlah investasi yang dikeluarkan untuk startup. Organisasi juga akan menggelar diskusi atau seminar di universitas untuk menyebar semangat kewirausahaan dan menjalin kemitraan dengan investor.

Selain itu, AVCII juga akan membangun kemitraan dengan pemerintah selaku regulator. Ia mengakui, industri venture capital di Indonesia masih terlalu kecil untuk dibuatkan sebuah kebijakan atau aturan khusus. Namun, organisasi ini siap mewakili suara para pelaku industri venture capital agar di kemudian hari tercipta aturan yang saling menguntungkan.

No comments:

Post a Comment