KOMPAStekno

KOMPAStekno


Apple Siapkan Toko Aplikasi untuk Anak

Posted: 19 Aug 2013 05:46 AM PDT

KOMPAS.com - Apple sedang menyiapkan kategori Kids (Anak) dalam toko aplikasi online App Store di sistem operasi iOS 7. Kategori ini nantinya akan diisi oleh aplikasi khusus untuk anak-anak dengan usia maksimum 11 tahun.

Situs teknologi 9to5Mac melaporkan, Apple mengirim email yang mempersilakan pengembang iOS untuk mengirimkan aplikasi atau game untuk anak, yang akan dibagi dalam 3 rentang usia, yakni anak di bawah usia 5 tahun; anak usia 6 sampai 8 tahun; dan anak 9 sampai 11 tahun.

Ini merupakan salah satu upaya Apple mengajak pengembang membuat aplikasi atau game yang mendidik untuk anak. Di bulan Agustus 2013, Apple juga memperbarui ketentuan pembuatan aplikasi yang lebih kid-friendly.

Pengembang tidak diizinkan mengumpulkan informasi anak, seperti alamat email anak yang berusia di bawah 13 tahun tanpa persetujuan dari orang tua. Apple juga tidak mengizinkan pemuatan iklan di aplikasi atau game yang dimainkan oleh anak di bawah 13 tahun.

Virus "Tebar Pesona" Beredar di Instagram

Posted: 19 Aug 2013 02:59 AM PDT

KOMPAS.com - Instagram kedatangan program jahat yang doyan "tebar pesona" alias suka menambah tanda like (love) sebuah foto atau menambah jumlah follower suatu akun. Program jahat ini kemudian diperjual-belikan di forum online karena memiliki potensi bisnis.

Para ahli keamanan mengatakan kepada Reuters, perusahaan yang ingin mempromosikan merek atau produknya lewat Instagram, tertarik dengan program jahat itu. Mereka ingin jumlah follower bertambah dan foto yang dipublikasi mendapat banyak like untuk meningkatkan reputasi dan popularitas.

Menurut perusahaan keamanan RSA, harga untuk 1.000 follower adalah 15 dollar AS, sementara 1.000 like dijual seharga 30 dollar AS.

RSA berpendapat, harga itu lebih mahal dari data 1.000 nomor kartu kredit yang paling kecil dihargai 6 dollar AS oleh para peretas di forum online.

Juru bicara Facebook, Michael Kirkland mengatakan, pihaknya terus berusaha meningkatkan sistem keamanan di Instagram, sebuah perusahaan rintisan yang dibeli Facebook pada April 2012 seharga 1 miliar dollar AS.

"Kami bekerja keras untuk membatasi spam di layanan kami dan melarang pemilk akun melakukan cara yang tidak sah atau otomatis," ujar Kirkland, seperti dikutip dari Reuters.

Program jahat yang menjangkiti Instagram ini merupakan hasil modifikasi dari Zeus, sebuah virus yang biasa digunakan untuk mencuri data kartu kredit. Menelisik sejarahnya, Zeus pertama kali muncul pada 2007 sebagai botnet untuk mencuri data perbankan dan berhasil menginfeksi ratusan juta komputer.

Menurut para ahli keamanan, ini merupakan pertama kalinya Zeus dimodifikasi sebagai program untuk menambah jumlah follower dan like di jejaring sosial internet. Fenomena ini sekaligus memberi pertanda betapa penting bisnis media sosial bagi perusahaan pemilik merek atau produk.

"Pemilik akun hanya sarana untuk mencapai tujuan. Para penjahat siber selalu mencari keuntungan," kata Chris Grier, pakar keamanan komputer dari University of California.

Kisah Peretas Palestina yang "Dicuekin" Facebook

Posted: 19 Aug 2013 02:12 AM PDT

KOMPAS.com — Seorang peretas asal Palestina bernama Khalil berhasil menemukan sebuah celah keamanan cukup berbahaya di jejaring sosial Facebook. Dari bug tersebut, peretas bisa mem-posting ke timeline pengguna lain, tanpa harus berteman atau terhubung terlebih dahulu.

Untungnya, Khalil bukanlah seorang peretas yang mau memanfaatkan sebuah celah untuk hal negatif. Ia pun melaporkan masalah tersebut langsung ke tim keamanan Facebook.

Sayangnya, tim Facebook seakan tidak mau mendengar laporan dari Khalil hingga akhirnya ia membuat sebuah keputusan yang ekstrem, membobol akun Facebook CEO Facebook.

Ia memanfaatkan celah tersebut untuk mem-posting adanya masalah ini langsung ke wall Mark Zuckerberg. Sebuah cara yang tentunya akan langsung mendapatkan perhatian dari pihak Facebook.

"Pertama-tama mohon maaf telah membobol privasi dan mem-posting ke dinding Anda, saya tidak punya pilihan lain untuk melaporkan apa yang sudah saya kirim ke tim Facebook. Nama saya Khalil, dari Palestina," tulis Khalil di dinding Zuckerberg.

Kemudian, seperti dikutip dari AllThingsD, Senin (19/8/2013), celah keamanan tersebut langsung ditutup beberapa saat setelah Khalil mem-posting mengenai adanya masalah ini.

Kendala bahasa

Tim Facebook sudah angkat bicara terkait kasus ini. Seorang anggota tim keamanan Facebook menuliskan di forum Hacker News bahwa mereka sebenarnya sudah melihat adanya laporan dari Khalil. Namun, kemampuan berbahasa Inggris Khalil yang tidak terlalu baik dan juga tidak lengkapnya informasi yang diberikan membuat tim kesulitan untuk merespons laporan ini.

Pihak Facebook juga beralasan, mereka menerima ratusan laporan bug setiap harinya sehingga sulit untuk mencoba setiap laporan tersebut satu per satu.

Meskipun begitu, pihak Facebook mengakui kegagalan mereka. Mereka merasa seharusnya lebih cepat tanggap dan meminta detail tambahan.

Dalam akhir tulisannya di forum ini, Facebook juga meminta laporan bug untuk terus membantu pengembangan situs jejaring sosial terbesar ini, tentunya disertai dengan imbalan yang cukup besar.

Hacker Bersiap Sambut "Kematian" Windows XP

Posted: 19 Aug 2013 01:26 AM PDT

KOMPAS.com - Masih menggunakan Windows XP? Sekarang mungkin merupakan waktu yang tepat untuk mempertimbangkan upgrade, sebelum masuk bulan April tahun depan.

Pasalnya, seperti dikutip dari Computer World, para peretas (hacker) dilaporkan sedang menanti saat-saat "kematian" Windows XP tersebut.

Sistem operasi lawas yang sudah beredar sejak awal abad ke-21 ini memang akan dimatikan atau dihentikan dukungannya oleh Microsoft pada 8 April 2014. Artinya Microsoft tak bakal lagi menyalurkan update keamanan untuk Windows XP mulai tanggal tersebut.

Nah, inilah yang ditunggu-tunggu oleh hacker. menurut pakar keamanan Jason Fossen dari SANS Institute, para hacker sedang menimbun informasi celah-celah keamanan Windows XP untuk "dilepaskan" menyerang OS itu ketika tidak dilindungi lagi oleh Microsoft.

Pengguna dari kalangan konsumen maupun korporat yang masih mengandalkan Windows XP pun rentan menjadi korban pembobolan sistem.

Apalagi, menurut perkiraan Computer World, sistem operasi populer tersebut bakalan masih dipakai oleh 33-34 persen komputer di seluruh dunia pada saat dukungan keamanannya dicabut oleh Microsoft tahun depan.

Setelah 8 April 2014, pengguna Windows XP punya dua pilihan untuk tetap aman: meng-upgrade ke sistem operasi yang lebih baru atau membayar sejumlah besar uang ke Microsoft untuk terus memberi update Windows XP secara eksklusif. Pilihan yang kedua ini tentu hanya mungkin diambil oleh kalangan korporat.

Di sisi lain, rupanya terdapat permintaan yang cukup tinggi atas "amunisi" untuk menyerang Windows XP di tanggal kematiannya kelak. "Harga rata-rata untuk sebuah eksploit Windows XP di pasar gelap mencapai 50.000-150.000 dollar AS (sekitar Rp 520 juta-Rp1,5 miliar)," ujar Fossen.

"Tentara Elektronik" Usili 3 Portal Berita Beken

Posted: 19 Aug 2013 12:47 AM PDT

KOMPAS.com - Kelompok peretas mengusili tiga portal berita asal Amerika Serikat, yakni CNN, Time, dan The Washington Post, Kamis (15/8/2013). Kelompok peretas itu membobol layanan Outbrain yang memberi rekomendasi artikel untuk meningkatkan trafik di portal berita tersebut.

Wakil Presiden Outbrain, Lisa Lacour mengatakan, beberapa tautan berita dari Outbrain di portal WashingtonPost.com dan Time.com diarahkan ke situs web Syrian Electronic Army.

Sementara situs CNN International sempat muncul dengan keterangan "Hacked by SEA."

Dalam kicauan di Twitter, Syrian Electronic Army mengatakan telah menyerang tiga portal berita itu "dalam satu serangan" karena mereka membobol layanan Outbrain.

Beberapa saat kemudian, pihak Outbrain berhasil menyelesaikan masalah untuk menghindari kerusakan yang lebih parah. Meski demikian, situs CNN, Time dan The Washinton Post, tidak terkena dampak kerusakan dari serangan tersebut.

Syrian Electronic Army merupakan kelompok peretas yang mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad. Kelompok ini diduga sudah beberapa kali melakukan serangan ke situs web terkemuka, termasuk Associated Press, Twitter. The Financial Times, CBS News, Columbia University, dan Human Rights Watch.

No comments:

Post a Comment