KOMPAStekno

KOMPAStekno


Kamera Ekonomis "Kawinkan" Mirrorless dan DSLR

Posted: 28 Aug 2013 06:59 AM PDT

Kamera Sony Alpha 3000 dengan lensa kit 18-55 f/3.5-5.6 OSS

KOMPAS.com - Dibanding model mirrorless, kamera DSLR masih memiliki beberapa kelebihan, terutama dari segi bentuk yang relatif lebih nyaman digenggam. Lalu, mengapa tidak menggabungkan mekanisme kerja mirrorless dengan bentuk DSLR?

Inilah yang ditawarkan kamera Alpha 3000, kamera yang baru diperkenalkan oleh Sony. Meski bertampang mirip DSLR, Alpha 3000 sejatinya adalah kamera mirrorless e-mount yang bisa memakai lensa-lensa untuk seri kamera Sony NEX.

Atau, dengan kata lain, Alpha 3000 boleh dibilang merupakan kamera NEX yang "dibungkus" tubuh ala DSLR, lengkap dengan exposure mode dial, hand grip besar, dan "punuk" tempat menyimpan pop-up flash.

Selain Sony, produsen kamera mirrorless lain yang juga membuat kamera mirip DSLR termasuk Panasonic (seri G dan GH) dan Samsung.

Untuk Alpha 3000, sebagaimana dikutip dari Wired, di dalamnya dibekali sensor APS-C 20 megapixel dengan tingkat sensitivitas ISO 100-16000. Karena tak memiliki cermin pemantul cahaya, kamera ini memiliki jendela bidik elektronik dan layar LCD 3 inci.

Namun, yang paling menarik mungkin adalah harganya. Kamera yang rencananya akan mulai dipasarkan ini dibanderol seharga 400 dollar AS atau sekitar Rp 4,4 juta, termasuk lensa kit 18-55mm f/3.5-5.6.

Harga tersebut lebih rendah dibandingkan kebanyakan kamera mirrorless lain dan DSLR entry-level yang beredar di pasaran saat ini. Alpha 3000 bahkan masih lebih murah dibandingkan kamera saku premium dari pabrikan yang sama, CyberShot RX100, yang dihargai 600 dollar AS.

Bersama dengan Alpha 3000, Sony juga memperkenalkan sebuah kamera mirrorless lain, yaitu NEXT-5T. Ada juga tiga lensa baru untuk platform e-mount, yakni Zeiss Vario-Tessar T* E 16-70mm f/4 ZA OSS, Sony 18-105mm f/4 G, dan Sony 50 f/1.8 (warna hitam), masing-masing secara berurutan dihargai 1.000 dollar AS, 600 dollar AS, dan 300 dollar AS.

Serangan Massal, Situs-situs China Bertumbangan

Posted: 28 Aug 2013 06:26 AM PDT

KOMPAS.com — Minggu (25/8/2013), pengguna internet di China dibuat kebingungan dengan waktu akses yang lambat dari situs-situs lokal dengan domain ".cn".

Ketika itu, seperti dilaporkan oleh PC World, China sedang menjadi target serangan distributed denial of service (DDoS) terbesar sepanjang sejarah Negeri Tirai Bambu.

Serangan DDoS mengganggu dan melambatkan akses ke jutaan website, termasuk situs-situs besar seperti Amazon.cn, jejaring sosial Weibo, dan Bank of China.

Menurut Pusat Informasi Jaringan Internet China (CNNIC), serangan tersebut secara spesifik menyasar server domain ".cn".

Serangan terjadi dua kali, yaitu pada pukul 02.00 dini hari Minggu waktu setempat dan dua jam setelahnya pada pukul 04.00 pagi. The Wall Street Journal menyebutkan bahwa arus lalu lintas internet di China turun 32 persen dari angka normal selama periode serangan.

Pada pukul 10.00 pagi di hari yang sama, akses internet ke situs-situs yang terkena serangan berangsur pulih.

CNNIC meminta maaf kepada pelanggan yang terkena dampak kejadian ini. Lembaga tersebut menyatakan belum mengetahui pihak yang bertanggung jawab atas serangan ini ataupun motif yang berada di baliknya.

CNNIC mengatakan bakal "meningkatkan kapabilitas layanan" dari jaringan yang menjadi korban serangan.

DDoS adalah teknik serangan cyber yang membuat sebuah situs internet sulit diakses dengan mengaksesnya menggunakan banyak komputer sekaligus. Biasanya, pelaku serangan memakai sejumlah besar komputer yang telah diretas untuk mengirim request ke situs target secara bersamaan sehingga memenuhi jalur data.

Sumber terbesar

The Wall Street Journal melaporkan bahwa serangan ini terjadi dalam waktu berdekatan dengan pengadilan mantan anggota senior partai komunis, Bo Xilai, dan penggerebekan para komentator di media sosial yang kerap mendiskusikan isu-isu sensitif dalam negeri.

China sendiri memiliki nama besar dalam dunia retas-meretas. Negara ini duduk di posisi pertama urutan sumber serangan DDoS, menurut laporan State of The Internet kuartal 4 2012 lansiran Akamai. Amerika Serikat duduk di urutan kedua.

Kendati sering dituduh melancarkan serangan cyber ke negara-negara barat, China mengaku sedang menghadapi peningkatan serangan trojan dan botnet yang dilancarkan dari wilayah Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jerman.

Google Palestina Sempat Dibajak

Posted: 28 Aug 2013 03:29 AM PDT

KOMPAS.com - Serangan cyber belakangan marak terjadi di dunia maya. Salah satu korbannya yang terbaru adalah situs lokal Google untuk Palestina.

Seperti dilaporkan oleh TechCrunch, situs yang beralamat di google.ps itu minggu lalu sempat menjadi sasaran deface alias pengalihan halaman muka. Grup peretas bernama Hackteach mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Sebuah pesan berbau politik ditinggalkan di laman deface, bunyinya, "Paman Google kirim salam dari Palestina untuk mengingatkan Anda bahwa nama negara di Google Maps itu bukan Israel, tapi Palestina."

The Next Web melaporkan bahwa Google telah mengeluarkan tanggapan resmi dan mengatakan bahwa sejumlah pengguna yang mencoba mengakses alamat google.ps telah dialihkan ke domain lain.

Layanan Google di alamat www.google.ps sendiri tidak diretas. Perusahaan mesin pencari itu juga menyatakan sedang mengontak pihak yang bertanggung jawab mengatur nama domain untuk menyelesaikan masalah pembajakan ini.

Situs Google Palestina pertama kali diluncurkan pada 2009. Pada Mei tahun ini, Google mengubah nama negara yang muncul di halaman muka mesin pencarinya itu dari "Google: Wilayah Palestina" menjadi "Google: Palestina", sesuai dengan keputusan PBB menaikkan status Palestina dari "entitas non-anggota" menjadi "negara non-anggota."

Langkah tersebut dipandang rakyat Palestina sebagai bentuk pengakuan Google atas kedaulatan negara mereka.

Windows 8.1 Sudah Siap

Posted: 28 Aug 2013 02:03 AM PDT

KOMPAS.com - Microsoft mengumumkan, telah menyelesaikan pengerjaan Windows 8.1 versi final atau versi RTM (Release to Manufacture) dan melepasnya ke perusahaan rekanan untuk diuji. Namun, konsumen masih belum bisa mengunduh Windows 8.1, yang sebelumnya dikenal dengan nama kode Windows Blue ini.

Kapan tepatnya konsumen akan kebagian sistem operasi ini? Konsumen memang harus bersabar sekitar satu setengah bulan lagi. Menurut The Verge, Rabu (28/8/2013), Microsoft baru akan merilis update Windows 8 yang diklaim membawa banyak perbaikan ini pada 18 Oktober 2013 mendatang.

Banyak anggota komunitas developer MSDN dan TechNet yang berharap dapat segera mengakses Windows 8.1 beberapa saat setelah Microsoft merilisnya ke rekanan. Namun, Microsoft tampaknya tidak akan mengabulkan harapan tersebut.

Menurut pihak Microsoft, anggota MSDN dan TechNet tetap harus menunggu tanggal resmi peluncuran sistem operasi tersebut pada 18 Oktober mendatang.

Microsoft sendiri tidak menjelaskan, mengapa anggota MSDN dan TechNet tidak bisa mencoba versi baru ini terlebih dahulu. Namun, tampaknya Microsoft ingin memberikan beberapa "sentuhan akhir" sebelum Windows 8.1 dilepas ke pasaran dalam beberapa minggu ke depan.

Windows 8.1 sendiri diperkenalkan secara resmi dalam konferensi Build 2013 di San Francisco, Amerika Serikat, pada akhir bulan Juni 2013 yang lalu.

Windows 8.1 mengusung sejumlah perubahan yang bertujuan mengatasi keluhan-keluhan terhadap interaksi dengan pendahulunya, Windows 8.

Microsoft menghadirkan kembali tombol "Start" yang sempat absen dari Windows 8. Tombol ini hanya menampilkan layar Start Screen ala "Metro" ketika di-klik, tetapi Microsoft menambahkan beberapa perubahan untuk menunjang fungsi layar tersebut.

Microsoft juga menambahkan beberapa tutorial agar pengguna tidak kebingungan saat menggunakan sistem operasi ini. Windows 8.1 tersedia sekitar 12 bulan setelah Windows 8 memulai debutnya pada Oktober 2012 lalu.

9 "Orang Dalam" Kandidat CEO Microsoft

Posted: 28 Aug 2013 01:10 AM PDT

KOMPAS.com - Beberapa hari lalu, dunia industri teknologi informasi dikagetkan dengan sebuah pengumuman dari CEO Microsoft, Steve Ballmer. Setelah 20 tahun mengabdi di perusahaan raksasa software tersebut, Ballmer memutuskan untuk pensiun dari jabatannya dalam 12 bulan mendatang.

Sembari menunggu waktu pensiun tersebut datang, Ballmer akan membantu pihak Microsoft untuk menemukan orang yang tepat untuk menggantikan tugasnya.

Siapakah orang yang layak menggantikan Ballmer? Akankah orang baru ini bisa membawa Microsoft kembali berjaya, seperti era Bill Gates dulu?

John Thompson, yang saat ini mengemban tugas menjadi direktur independen, akan memimpin pencarian bos baru Microsoft bersama Steve Ballmer, dan juga Bill Gates. Ketiganya akan bahu membahu menemukan orang yang mampu membawa Microsoft beralih dari bisnis PC ke komputasi mobile, industri yang saat ini sedang naik daun.

Setelah banyak membahas nama-nama kandidat dari luar Microsoft, tak lengkap rasanya KompasTekno tak membahas kandidat dari internal Microsoft sendiri.

Nah, berikut 9 nama kandidat CEO Microsoft baru dari lingkup perusahaan. Ke-9 nama ini muncul dari hasil wawancara kepada para ahli dan analis, seperti dikutip dari Reuters.

1. Satya Nadella, Cloud dan Enterprise

Nadella merupakan salah satu veteran di Microsoft, ia telah bekerja selama 21 tahun di perusahaan ini. Nadella diyakini mengetahui seluk-beluk perusahaan, terutama untuk bisnis server, data center, dan layanan online. Baru-baru ini, Nadella ditunjuk untuk menjalankan divisi yang baru dibentuk, Cloud dan Enterprise.

2. Tony Bates, Corporate Strategy

Dia eksekutif yang bertanggung jawab atas Skype. Musim panas ini Bates akan mengelola pengembangan bisnis untuk Microsoft. Sebelumnya, Bates pernah bertugas di Cisco Sytem. Satu-satunya kekurangan yang dimilikinya, ia belum terlalu lama bekerja di perusahaan, untuk mengetahui inti bisnis dari Microsoft.

3. Terry Myerson, Sistem operasi

Ia merupakan seorang entrepreneur muda. Bergabung ke Microsoft setelah perusahaan software berbasis web-nya dibeli oleh Microsoft di akhir 90an. Beberapa waktu lalu, dipilih oleh Ballmer untuk menjalankan bisnis sistem operasi. Dengan pengalamannya, Myerson diprediksi mampu membawa mental perusahaan start up ke Microsoft.

4. Qi Lu, Search dan Internet

Mantan eksekutif Yahoo ini adalah veteran di dunia pencarian online dan periklanan dengan memegang 20 hak paten. Kini, ia menjalankan divisi "aplikasi dan layanan". Lu juga orang yang bertanggung jawab di balik produk mesin pencari Bing.

5. Julie Larson-Green, Xbox dan tablet Surface

Merupakan salah satu veteran Microsoft dengan bekerja selama 20 tahun di perusahaan ini. Ia memiliki pengetahuan yang sangat mendalam di produk Office dan Windows, memimpin redesain dari kedua produk ini.

6. Eric Rudder, research and technology

Bekerja di belakang layar Microsoft selama 2 dekade belakangan ini. Ia merupakan orang yang bekerja mengembangkan dan meneliti perkembangan strategi yang berkaitan dengan teknologi di Microsoft. Sayangnya, Rudder tidak pernah menjadi pemimpin divisi unit, salah satu skill yang sangat dibutuhkan untuk menjadi CEO.

7. Kevin Turner, COO

Sudah menduduki jabatan Chief Operating Officer selama 8 tahun belakangan ini. Mantan petinggi Wal-Mart ini merupakan kekuatan di balik operasional penjualan di Microsoft. Sayangnya, meski bagus di kegiatan bisnis, ia tidak memiliki background teknis yang baik.

8. Jeff Raikes, mantan petinggi produk Office

Dia merupakan salah satu komite perusahaan amal milik Bill Gates. Di saat Microsoft sedang dalam tahapan transisi yang sangat penting ini, pengalamannya di Microsoft sebagai pemimpin divisi Office dan salah satu orang yang sangat mengerti keinginan Gates, Raikes merupakan salah satu orang yang cocok untuk posisi tersebut. Namun, karena ia sudah cukup lama meninggalkan dunia teknologi, sekitar 5 tahun, tampaknya Raikes perlu beradaptasi lagi.

9. John Thompson, Direktur Independen

Ada kemungkinkan, pemimpin pemilihan bos baru ini malah dipilih menjadi CEO baru Microsoft. Dengan pengalamannya di IBM sebagai eksekutif dan CEO Symantec, Thompson mungkin adalah orang yang tepat untuk perusahaan ini.

No comments:

Post a Comment