KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


Pangkostrad Apresiasi Semangat Juang Rakyat Aceh

Posted: 17 Aug 2013 10:41 AM PDT

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Panglima Kostrad Letjen Gatot Nurmantyo merayakan HUT Kemerdekaan RI di sebuah lapangan di Desa Coe kafiraton, Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara, Sabtu (17/8/2013).

Setelah menyaksikan upacara dan latihan terjun statis Batalyon Linud 330 Kostrad, yang dilanjutkan dengan terjun bebas militer beberapa kesatuan TNI AD, Gatot makan bersama dengan masyarakat.

Dengan nampan logam dan lesehan, menu siang itu adalah rendang, gulai, dan sayur nangka.

Berada di tengah-tengah rakyat Aceh, Gatot menyatakan apresiasinya. Ia teringat sejarah panjang semangat kebangsaan Indonesia dari rakyat Aceh.

"Saya ingat, di bumi Aceh ini pernah lahir Cut Nyak Dhien yang berjuang hingga masa tuanya," kata Gatot.

Ia juga ingat bagaimana rakyat Aceh memberikan emas perhiasannya untuk membeli pesawat terbang pertama RI.

"Sekarang, hari ini, saya menyaksikan sendiri semangat kebangsaan rakyat aceh," katanya tentang banyaknya masyarakat yang datang mulai dari anak sekolah yang dimobilisasi sampai orangtua yang datang dengan sukarela.

Ada sekitar 1000 orang masyakat datang untuk menyaksikan penerjunan dan ikut upacara peringatan hari kemerdekaan RI.

Menjawab pertanyaan wartawan tentang masih adanya bendera bulan bintang yang berkibar, Gatot menyatakan itu disebabkan informasi yang belum diketahui masyarakat.

"Soal bendera itu sekarang kan sedang cooling down. Kalau masih ada yang belum tahu, wajar. Tinggal dikasih tahu," kata mantan Pangdam Kodam Brawijaya ini.

Editor : Ervan Hardoko

Penghargaan dari Senayan City untuk Emirsyah Satar

Posted: 17 Aug 2013 10:27 AM PDT

Direktur Utama PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Emirsyah Satar (tengah) Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Bambang Irawan (kiri), dan Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Sofyan Basir menandatangani perjanjian kerjasama "Immigration on Board" di Jakarta, Kamis (10/1/2013). Kerjasama layanan pengurusan dokumen keimigrasian berupa pemberian visa on arrival di atas pesawat Garuda Indonesia pada rute-rute internasional tertentu itu merupakan upaya mendukung pemerintah dalam mengembangkan pariwisata Indonesia. | KOMPAS/PRIYOMBODO

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden dan CEO PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, meraih penghargaan Senayan City Infinite Merit Award dari pusat perbelanjaan Senayan City.

Emirsyah dinilai layak mendapat penghargaan ini karena dedikasi dan kontribusinya dalam mengangkat Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan kebanggaan Indonesia ke jagat internasional.

Emirsyah juga dinilai turut menggairahkan dunia pariwisata Indonesia di mata dunia.

Penghargaan ini adalah penghargaan tahunan yang diberikan untuk putra-putri Indonesia yang dinilai berdedikasi dan mengharumkan Indonesia di dunia.

"Ini pengakuan dari sektor swasta kepada Pak Emirsyah. Kami memberikan penghargaan untuk ketujuh kali kepada anak bangsa dari berbagai kalangan dan profesi," kata CEO Senayan City, Handaka Santosa pada acara penyerahan penghargaan, Sabtu (17/8/2013).

Sejak memimpin Garuda pada 2005, salah satu prestasi Emirsyah adalah membuka rute penerbangan Jakarta-Amsterdam pada 2010.

Prestasi Emirsyah juga diakui dunia internasional saat Garuda Indonesia memperoleh penghargaan World Best Regional Airline dari SkyTrack pada 2012.

Yang terbaru pada 2013, Garuda meluncurkan first class dengan Boeing 777.

"Bapak Emirsyah dan Garuda telah membawa Indonesia take off menuju dunia internasional," kata Handaka.

Bagi Emirsyah, prestasi yang ia banggakan dalam kariernya adalah membuat Garuda menjadi perusahaan terbuka.

"Ini bermakna. Banyak senior saya tidak yakin bahwa Garuda bisa menjadi perusahaan terbuka. Saya puas atas upaya ini. Apa pun bisa terjadi kalau kita mau," katanya.

"Saya bangga menjadi Indonesia. Indonesia bangsa besar. Kalau bukan dari kita yang punya niat membawa Indonesia ke kancah internasional, lalu siapa? One spirit, one goal. Jangan lupa naik Garuda terus," tambah Emirsyah.

Penghargaan ini pernah diberikan untuk beberapa nama yang dianggap memiliki prestasi luar biasa.

Penerima penghargaan pertama pada 2006 adalah Obin Komara yang telah membawa batik hingga terkenal ke mancanegara.

Selanjutnya musisi dan arranger Erwin Gutawa, perupa I Nyoman Gunarsa, penyanyi Krisdayanti, Linda Agum Gumelar, atlet bulu tangkis Susi Susanti, dan Biyan Wanaatmadja. 

Editor : Ervan Hardoko

Sekelumit Cerita Perempuan Pejuang, Sofyatun

Posted: 17 Aug 2013 06:49 AM PDT


JAKARTA, KOMPAS.com — Sofyatun Sayuti (69) adalah seorang perempuan veteran yang berjuang pada peristiwa Dwikora, yaitu masa konfrontasi Indonesia dan Malaysia. Saat itu, ia tergabung dalam pasukan pembantu tempur para pria pejuang pembela kemerdekaan.

"Saya dilatih tempur di sana. Sebelumnya, di Pusat Pendidikan Kesehatan (Pusdikes) Kramat Jati. Kalau yang bisa menjadi penyiar ya jadi penyiar radio, atau ditugaskan di rumah sakit, dan dapur umum," kata Sofyatun, saat dijumpai, Jumat (2/8/2013), di Gedung Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) DKI.

Sofyatun disiagakan untuk siap bertempur bersama para pria. Namun, sebelum ada dekrit dari presiden untuk berperang, meletus peristiwa G-30S PKI pada tahun 1965.

"Disiagakan untuk berperang. Kebetulan PKI punya ulah, sudah di perbatasan menunggu komando, di depan Pulau Sambu," kata Sofyatun.

Ia mengisahkan, selama menunggu komando untuk berperang, ia menjadi staf pengirim dana pangan untuk pasukan-pasukan di pulau-pulau wilayah perbatasan.

"Setiap tanggal 25 saya datang ke pulau-pulau untuk menge-drop keuangan," kata Sofyatun.

Meski hanya menjadi pejuang selama satu tahun, Sofyatun mengatakan, semangat dan disiplin militer terus terbawa hingga kini.

"Semangatnya, disiplinnya, kepengennya rumah harus rapi, karena dulu waktu keluar asrama ada kaca yang atasnya tertulis, 'sudah rapikah Anda hari ini'," kata Sofyatun sambil tersenyum.

Semangat itu terus dibawa Sofyatun hingga kini. Ia telah membentuk sebuah yayasan pendidikan tingkat SMP hingga SMA di daerah Pondok Aren pada tahun 1976.

"Saya punya karyawan 52 orang, beberapa tamatan S-2, padahal saya sendiri tamatan SMA," kata Sofyatun.

Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

Alasan Dada Rosada Mangkir dari Panggilan KPK

Posted: 17 Aug 2013 06:25 AM PDT


BANDUNG, KOMPAS.com- Wali Kota Bandung Dada Rosada, yang ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap hakim Setyabudi Tejocahyono terkait penyelesaian kasus Bansos Kota Bandung, mengaku tidak bisa memenuhi panggilan KPK lantaran padat jadwal. Dada seharusnya menjalani pemeriksaan bersama mantan Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Bandung, Edi Siswandi, Jumat (16/8/2013) kemarin.

"Saya tidak hadir karena saya ada agenda padat di sini (Bandung)," kata Dada, di Lapangan Gasibu Kota Bandung, seusai upacara HUT ke-68 RI, Sabtu (17/8/2013).

Menurut Dada, Ia harus menghadiri beberapa acara seperti mendengarkan pidato kenegaraan dan persiapan pelantikan perpindahan kekuasaan kepada Wali Kota yang baru. "Ya, saya kan ada sidang istimewa. Tidak ada yang diwakili," ujarnya. 

Dada pun mengaku siap untuk memenuhi panggilan KPK selanjutnya. "Ya, sebagai warga negara harus mengikuti. Kita tidak boleh menghambat proses hukum," kata Dada.

Sementara itu, saat dimintai tanggapan soal penahanan Edi Siswandi, Dada hanya menanggapi singkat. Hal senada juga disampaikannya ketika diminta tanggapan terkait persidangan hakim Setyabudi Tejocahyono yang dimulai 15 Agustus lalu.

"Ah, serahkan saja kepada yang berwajib. Itu kan, proses hukum," ujar Dada.

Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

Sentilan Prabowo untuk Koruptor dan PSSI

Posted: 17 Aug 2013 06:14 AM PDT


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto mengecam para pejabat negara yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena melakukan tindak pidana korupsi. Kritikan juga ia layangkan terhadap kinerja Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang tak kunjung menuai prestasi. Kritikan itu disampaikan Prabowo dalam orasinya, pada peringatan HUT ke-68 tahun RI, di Kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta, Sabtu (17/82013).

"Saat rakyat kita menderita, orang-orang pinter malah justru makan uang rakyat," katanya di hadapan kader Gerindra.

Prabowo mempertanyakan  perilaku korup abdi negara. Menurutnya, dengan korupsi, yang patut dipertanyakan adalah bagaimana negara bisa menyejahterakan rakyatnya.

Ia pun mengklaim partainya adalah partai anti korupsi dan bukan partai maling. "Apakah kita akan sama dengan mereka (yang melakukan korupsi)?," kata dia.

Sementara itu, terhadap PSSI, ia menyindir lembaga persepakbolaan itu yang belum mampu membawa tim nasional Indonesia meraih prestasi.

"Sepak bola kampung (masih lebih) bagus. Yang tidak bagus PSSI," katanya.

Jika menjadi presiden, Prabowo pun sesumbar bahwa sepak bola akan menjadi salah satu prioritas dalam program pemerintahannya. "Kalau Gerindra menang, sepak bola akan bagus," ujarnya.

Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

Menhuk dan HAM: Remisi Dua Kali Gayus Sudah Sesuai Syarat

Posted: 17 Aug 2013 06:08 AM PDT


TANGERANG, KOMPAS.com — Terpidana kasus korupsi Gayus Tambunan mendapatkan remisi kemerdekaan sebanyak dua kali. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menhuk dan HAM) Amir Syamsuddin menilai pemberian remisi itu sudah sesuai dengan syarat dalam perundang-undangan.

"Sepanjang memenuhi persyaratan yang sudah diatur, akan dapat remisi. Itu sudah sesuai syarat," ujar Amir seusai memberikan remisi kepada napi anak secara simbolis di Lapas Anak Klas II A, Tangerang, Banten, Sabtu (17/8/2013).

Amir menjelaskan, persyaratan dalam undang-undang tersebut tidak berlaku hanya untuk Gayus atau koruptor lainnya saja, tetapi untuk semua narapidana. Menurutnya, seluruh narapidana yang memenuhi syarat berhak mendapat remisi.

"Syarat itu untuk semua warga binaan. Jangan difokuskan ke perorangan atau kasus tertentu saja," ujar Amir.

Ketika ditanya mengenai detail persyaratan tersebut, Amir tak menjelaskannya. "Nanti, kalo detailnya nanti ya," ujar Amir sambil memasuki mobil.

Menurut Pelaksana Harian Dirjen Lapas Bambang Krismanu, Gayus mendapat remisi dua kali karena didakwa dengan dua kasus berbeda. "Gayus kan menjalani hukuman dalam dua kasus, pertama hukuman 12 tahun yang berkekuatan hukum pasti sebelum PP 99 belum diberlakukan. Kedua adalah hukuman 7 tahun setelah PP 99 terbentuk," jelas Bambang. Oleh karena dua hukuman yang berbeda itu, Gayus mendapatkan dua remisi yang berbeda pula.

Mahkamah Agung (MA) juga baru saja menolak kasasi mafia pajak itu dalam kasus pencucian uang dan penyuapan penjaga tahanan. Dengan putusan itu, total hukuman yang diterima Gayus adalah 30 tahun pidana penjara. Ia juga harus membayar denda mencapai Rp 1 miliar.

Gayus terlibat dalam sejumlah kasus di antaranya kasus pemalsuan paspor, kasus penggelapan pajak PT Megah Citra Raya, dan menerima gratifikasi terkait pengurusan pajak.

Editor : Ana Shofiana Syatiri

Guru Besar Terjerat Korupsi, Nuh: Siapa Pun Bisa Kepeleset

Posted: 17 Aug 2013 05:39 AM PDT

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Rudi Rubiandini dibawa keluar dari Gedung KPK, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (14/8/2013). Rudi Rubiandini ditangkap Selasa (13/8/2013) malam karena diduga menerima suap dari pihak swasta. Dari rumah mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu, KPK menyita sejumlah barang bukti berupa 400.000 dollar AS yang disimpan dalam tas hitam dan motor berkapasitas mesin besar merek BMW. | KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh menilai terjeratnya Rudi Rubiandini dalam kasus dugaan korupsi telah mencoreng dunia pendidikan. Ia berharap seluruh akademisi berhati-hati dalam bertindak.

"Siapa pun bisa kepeleset. Itu menjadi peringatan untuk saya dan kawan-kawan, tidak ada garansi kalau saya dosen maka selamanya akan baik. Oleh karena itu, harus waspada, hati-hati, pegang teguh nilai," kata Nuh di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (17/8/2013).

Nuh mengatakan, kasus korupsi yang menjerat akademisi seperti dosen sudah banyak terjadi. Namun, kata dia, korupsi tersebut masih dalam skala kecil atau tidak sampai puluhan miliar rupiah. Untuk kasus Rudi, Nuh menilai besar jika melihat nilai uang dan jabatan Rudi.

Rudi merupakan guru besar di Institut Teknologi Bandung sebelum menjabat Kepala Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (kini nonaktif). Jabatan itu ditanggalkan ketika aktif di SKK Migas.

Pihak ITB menyebut Rudi bukan lagi Guru Besar ITB sejak 2010 atau ketika bertugas di BP Migas. Jika Rudi divonis bebas oleh Pengadilan Tipikor, mantan dosen teladan ITB itu masih bisa kembali ke ITB dan menjabat guru besar lagi.

Editor : Ana Shofiana Syatiri

KPK: Pemberantasan Korupsi Selama Ini Hanya Ramai Riuh

Posted: 17 Aug 2013 05:32 AM PDT


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto mengungkapkan, ada yang salah dengan upaya pemberantasan korupsi selama ini. Bambang mengatakan, pemberantasan korupsi selama ini hanya dilakukan dengan melihat persoalan korupsi itu sebagai persoalan hukum sehingga pendekatannya hanya melalui penanganan kasus.

"Pemberantasan korupsi selama ini hanya rame dan riuh," kata Bambang di Jakarta, Sabtu (17/8/2013) dalam acara peluncuran Radio "KanalKPK".

Padahal, lanjutnya, di sisi lain masyarakat pun menyadari bahwa pengadilan yang ada selama ini justru membawa ketidakadilan.

"Pengadilan adalah tempat ketidakadilan. Bahkan sampai hari ini, yang namanya lembaga pemasyarakan kita bisa memproduksi narkoba. Jadi bagaimana mungkin pengadilan bisa menjadi satu-satunya institusi untuk melakukan penegakan hukum," ucap Bambang.

Karena kondisi yang demikian itu, menurut Bambang, penanganan korupsi harus dilakukan melalui suatu proses yang lebih baik. KPK, lanjutnya, kini mulai mengintegrasikan antara penindakan dengan pencegahan.

"Kami mencoba tidak hanya penindakan dan pencegahan tapi juga preventif, karena ke depan kita akan memproduksi yang namanya fraud control system," katanya.

Adapun Radio "KanalKPK" yang diluncurkan hari ini, menurut Bambang, merupakan bagian dari strategi pencegahan KPK, khususnya melalui bidang kehumasan. Strategi kehumasan KPK, katanya, akan berubah. Tidak hanya menyampaikan informasi melalui satu pintu, namun juga menjadikan gerakan antikorupsi yang tersebar luas melalui media, salah satunya program radio.

"Jadi dia akan melakukan kampanye-kampanye, yang bersifat masif, strategis, dan terstrukutur. Lompatan pertamanya di situ," ujar Bambang.

Selain itu, lanjutnya, pemberantasan korupsi tidak dapat dilakukan tanpa melibatkan masyarakat secara intensif. Dia juga mengungkapkan bahwa Radio "KanalKPK" diharapkan dapat bermanfaat dalam menyambut perhelatan politik terbesar, yakni pemilihan umum (Pemilu) Presiden 2014.

Radio "KanalKPK" dapat menjadi media penyampaian pesan mengenai pelaksanaan Pemilu yang berintegritas dan jauh dari unsur korupsi

Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

No comments:

Post a Comment