KOMPAStekno

KOMPAStekno


Telkom: Speedy Sudah Mulai Pulih

Posted: 25 Jun 2013 11:38 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Layanan internet Telkom Speedy sempat mengalami gangguan pada Selasa siang (25/6/2013). Namun masalah ini diklaim Telkom telah berhasil diatasi sekitar pukul 18.00 WIB.

"Kami beritahukan saat ini layanan internet yang dikelola Telkom Group sudah mulai pulih," ujar Operations Vice President Public Relations Telkom, Arif Prabowo kepada KompasTekno.

Arif mengakui, gangguan kali ini berdampak pada terhambatnya akses internet Telkom Group, dan terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

Hal ini dikarenakan adanya gangguan pada jaringan serat optik di wilayah Sumatera, tepatnya jalur Tanjung Pandan - Pontianak serta jalur Batam.

Niat Pinang Axis, XL Mengaku Sudah Konsultasi

Posted: 25 Jun 2013 10:57 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana perusahaan telekomunikasi XL Axiata untuk mengakuisisi Axis Telekom Indonesia ternyata sudah dilaporkan ke Kementerian Komunikasi dan Informatika. Namun belum dilaporkan ke regulator persaingan usaha dan penanaman modal.

"Sudah lapor dari sebulan yang lalu, judulnya merger dan akuisisi," kata Muhammad Budi Setiawan, Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos Informatika Kemenkominfo usai diskusi bertajuk Spirit Berbagi & Mencari Keadilan di Industri yang diselenggarakan media bisnis telematika IndoTelko, Selasa (25/6/2013).

Kemenkominfo tidak akan menghalangi niat XL Axiata untuk mengakuisisi Axis karena, menurut Budi, Kemenkominfo hanya mengurus bidang teknologi dan frekuensi radio saja. Sementara untuk isu persaingan usaha dan modal, diurus oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Saham Axis sebesar 80,1 persen dimiliki Saudi Telecom Company (STC). Perusahaan Malaysia Maxis Communication juga memiliki saham minoritas sebesar 14,9 persen, lalu pemegang saham lokal, yaitu PT Hamersha Investindo (PTHI) sebesar 5 persen.

President Director & CEO XL Axiata, Hasnul Suhaimi enggan berkomentar banyak soal rencana akuisisi terhadap Axis. Menurutnya, sejauh ini pihaknya hanya berkonsultasi umum saja dengan Kemenkominfo.

"Kita masih belum jelas, karena belum ada yang mantap," ujar Hasnul. Jika sudah ada kejelasan, lanjutnya, barulah XL Axiata akan melapor ke KPPU.

"Kami hanya berkonsultasi secara umum saja. Kemungkinan-kemungkinan seperti itu kan ada, seandainya ini terjadi bagaimana, kan kita ingin tahu. Itu semua ada perhitungan masalah operasional dan keuangan. Tapi ini baru seandainya," terang Hasnul.

XL Axiata saat ini memiliki pelanggan sekitar 45 juta, sementara Axis 17 juta.

Dari sisi spektrum frekuensi, XL memiliki alokasi pita frekuensi di 900MHz, 1.800MHz, dan 2.100MHz. Sedangkan Axis, hanya memiliki alokasi pita frekuensi di 1.800MHz dan 2.100MHz.

Koneksi Speedy Terganggu, Apa Kata Telkom?

Posted: 25 Jun 2013 10:01 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Layanan internet dari Telkom Speedy mengalami gangguan pada Selasa siang (25/6/2013). Hal ini disebabkan karena putusnya kabel serat optik milik Telkom.

"Telah terjadi gangguan serat optik di wilayah Sumatera, tepatnya jalur Tanjung Pandan - Pontianak serta jalur Batam. Hal ini menyebabkan terhambatnya akses internet melalui layanan Telkom Group," kata Operations Vice President Public Relations Telkom, Arif Prabowo, dalam pesan singkat kepada KompasTekno.

Saat ini, Arif mengaku tim teknis Telkom sedang melakukan perbaikan dan diharapkan bakal pulih mulai pukul 18.00 WIB.

"Kami memohon maaf atas ketidaknyamanan akibat gangguan ini," ujar Arif.

Sony Rilis Xperia Z Ultra, Android "6,4 Inci" Anti-Air

Posted: 25 Jun 2013 09:30 AM PDT

SHANGHAI, KOMPAS.com - Sony Mobile memperkenalkan smartphone Android terbarunya, Xperia Z Ultra, pada hari Selasa (25/6/2013) di Shanghai, China.

Sony mengklaim ponsel ini merupakan ponsel dengan layar High Definition (Full HD) tertipis dan sekaligus dengan layar terbesar di dunia saat ini. Dengan modal ketebalan ponsel yang hanya 6,5 mm dan bentang layar 6,4 inci, Sony berani mengklaim sebagai yang tertipis dan terbesar.

Dari sisi perangkat kerasnya, Xperia Z Ultra juga dibekali dengan spesifikasi yang cukup garang. Prosesornya  menggunakan prosesor "quad core" 2,2 GHz dari Qualcomm, Snapdragon 800. Sedang layar jumbonya yang memiliki kerapatan 342 ppi dan mendukung resolusi 1080p (1920x1080) ditenagai GPU Adreno 330 GPU.

Untuk urusan memotret, Xperia Ultra Z dibekali dengan kamera belakang dengan resolusi 8MP dan kamera depan 2MP yang mampu merekam video dengan kualitas HD.

Director of Xperia Marketing Sony Mobile Communications Calum MacDougall mengatakan, ponsel ini termasuk dalam rangkaian produk Xperia Z dengan keunggulan anti-air. Xperia Z bisa digunakan memotret atau merekam video di bawah air sedalam 1,5 meter selama 30 menit.

Selain itu, Xperia Z Ultra juga mengaplikasikan teknologi Triluminos.

"Teknologi ini memungkinkan pengguna bisa menikmati kejernihan layar yang luar biasa karena layar tersebut ditenagai oleh engine gambar X-Reality for mobile terbaru," kata Calum saat konferensi pers di Hotel Jumeirah Shanghai, China, Selasa (25/6/2013).

Calum menambahkan ponsel ini bisa menjadi membangkitkan kejayaan bagi Sony Mobile untuk
menawarkan ponsel-ponsel premium, khususnya di segmen ponsel cerdas dengan layar lebar dan memiliki keunggulan teknologi layar yang mengungguli kompetitornya.

Ponsel layar sentuh ini tetap memiliki sentuhan khas Sony yaitu teknologi Bravia TV. Dengan teknologi X-Reality tersebut, ponsel ini bisa menganalisis setiap gambar dan memproduksi ulang piksel yang kurang untuk mengoptimalkan kualitas demi hasil video super tajam.

Teknologi ini menganalisis elemen sesuai dengan pemandangan dan menyesuaikannya berdasarkan pola, outline, dan komposisi warna.

Selain itu, teknologi ini juga memperkuat pola yang halus dan secara akurat menggambarkan suasana yang mendetail, begitu juga dengan memperkuat outline yang tegas.

"Layar Full HD-nya yang besar telah dioptimalkan untuk mengalami setidaknya 60 persen lebih banyak dari layar pada kebanyakan smartphone lainnya," tambahnya.

Calum menambahkan ponsel berbobot 212 gram memakai bahan material premium. Bagian depan dan bagian belakangnya terbuat dari kaca bertekanan tinggi. Sehingga menciptakan permukaan tanpa tepian dengan panel OptiContrast.

Desainnya masih sama dengan Xperia Z dan Tablet Z, namun ponsel ini memiliki kerangka logam yang lebih solid sehingga bisa menakjubkan dari segala sudut.

Dari sisi kameranya, ponsel ini mengandalkan sensor Exmor RS for mobile yang bisa memberikan pengalaman menangkap gambar super tajam dan mampu mengurangi noise saat dibutuhkan.

Ponsel ini akan tersedia mulai kuartal III-2013.

Spesifikasi ponsel:
Ukuran : 179,4 x 92,2 x 6,5 mm
Berat : 212 gram
OS : Android 4.2 Jelly Bean
Prosesor: Qualcomm Snapdragon 800 2,2 GHz quad-core
Baterai: 3000 mAh
Memori: microSD dapat diekspansi hingga 64 GB
Warna: Hitam dan putih
Kamera : 8 MP, 16 x digital zoom, kamera depan 2 MP (1080p) HD video recording
Kelebihan lain:
IPX5/8 (anti air) & IP5X (bisa digunakan di bawah air sedalam 1,5 meter selama 30 menit), On-screen QWERTY keyboard, Input dengan pensil apapun atau stylus tertentu. 

Terlalu Banyak, Operator Seluler Diminta "Bersatu"

Posted: 25 Jun 2013 09:14 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penyelenggara telekomunikasi seluler terbanyak di dunia jika dibandingkan dengan populasinya. Di Tanah Air, total ada 10 operator, baik teknologi GSM maupun CDMA.

Di satu sisi, banyaknya jumlah pemain membawa efek positif terhadap penurunan tarif seluler. Namun di sisi lain, hal ini membuat sumber daya frekuensi radio menjadi terbatas.

Operator dengan teknologi GSM mendominasi pangsa pasar. Telkomsel menguasai pangsa pasar sebesar 42 persen, Indosat 16,7 persen, XL Axiata 15,9 persen, Hutchison 3 Indonesia (Tri) 5,4 persen, dan Axis Telekom Indonesia 2,1 persen.

Menurut Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Indormatika, Kementerian Kominfo, M Budi Setiawan, dari lima operator GSM tersebut, Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata terbilang kekurangan frekuensi jika dilihat dari kebutuhan bandwidth, pelanggan, efisiensi spektrum dan kebutuhan lain.

Director & Chief Wholesale Indosat, Fadzri Sentosa memprediksi, trafik data (internet) di Indonesia pada 2017 mendatang akan tumbuh lima kali lipat atau 200% setiap tahunnya. Sementara kemampuan operator untuk menambah kapasitas cuma 28% tiap tahunnya.

Atas dasar itu, munculah wacana untuk konsolidasi maupun merger dan akuisisi antar operator seluler.

President Director & CEO XL Axiata, Hasnul Suhaimi mengatakan, konsolidasi harus dilakukan karena 10 operator sudah terlalu banyak. Sebelumnya, konsolidasi penuh sudah pernah dilakukan sejak era Telkom Mobile dan Telkomsel, serta Indosat dan Satelindo.

"Saya rasa empat atau lima operator di Indonesia sudah cukup," kata Hasnul saat diskusi bertajuk Spirit Berbagi & Mencari Keadilan di Industri yang diselenggarakan media bisnis telematika IndoTelko, Selasa (25/6/2013).

Jika jumah operator seluler tidak berkurang, maka dalam 10 tahun mendatang para pemain akan mengalami kesulitan di tengah persaingan yang makin ketat.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyambut baik jika pelaku industri hendak melakukan konsolidasi atau akuisisi dan merger, karena ini sudah menjadi wacana lama yang tak kunjung terealisasi.

"Kalau mau merger atau akuisisi silakan saja, asal izin ke Kemenkominfo. Kita tidak akan menghalangi, tapi ada hal yang perlu dipertimbangkan oleh regulator yang menangani penanaman modal, persaingan usaha, harus ada penelitian dulu," tegas Muhammad Budi Setiawan.

Kemenkominfo menaruh perhatian lebih kepada operator CDMA, yang memiliki jumlah pelanggan sedikit. Dengan kehadiran teknologi baru 4G LTE, menurut Budi, merupakan momen yang tepat jika antar-operator CDMA hendak melakukan konsolidasi.

Jika jumlah operator seluler dikurangi, layanan seluler diprediksi bakal lebih baik karena tersedia sumber daya frekuensi yang lebih luas. Selain itu, jumlah pelanggan yang berhenti menggunakan satu layanan (churn rate) juga dapat dikurangi sehingga operator dapat mempertahankan pelanggan.

Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluruha Indonesia (ATSI) Alex Janangkih Sinaga, berpendapat, pemerintah harus menyiapkan insentif bagi operator seluler yang ingin konsolidasi atau merger dan akuisisi.

"Insentif ini harus kita pikirkan dan bicarakan bersama. Yang jelas jangan sampai mengganggu industri, harus adil dan ada kepastian hukum," harap Alex, yang juga direktur utama Telkomsel.

Menurut Alex, jika terjadi konsolidasi antar-operator, maka salah satu pihak harus mengembalikan frekuensi radionya kepada pemerintah. Setelah itu, pemerintah bisa mengatur ulang alokasi dan penomoran frekuensi.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit, disebutkan bahwa pemegang alokasi frekuensi tidak dapat mengalihkan frekuensinya kepada pihak lain.

No comments:

Post a Comment