KOMPAStekno

KOMPAStekno


Apple Gagal Blokir 26 "Gadget" Samsung

Posted: 18 Dec 2012 10:35 AM PST

KOMPAS.com — Hakim pengadilan AS Lucy Koh menolak permintaan Apple agar penjualan 26 produk mobile besutan Samsung, yang dianggap melanggar paten, dilarang secara permanen

Hakim Koh menegaskan tidak ada bukti cukup yang menunjukkan pelanggaran paten memengaruhi penjualan Apple di Amerika Serikat.

"Ponsel-ponsel yang dipermasalahkan dalam kasus ini mempunyai berbagai macam fitur, hanya sedikit fitur yang berada di bawah paten Apple," kata Hakim Lucy Koh dalam putusannya, Selasa (18/12/2012).

Seperti diberitakan sebelumnya, Agustus lalu, Apple diputuskan berhak atas kompensasi 1,05 miliar dollar AS setelah dewan juri pengadilan AS menyatakan Samsung terbukti meniru fitur-fitur iPhone dan iPad.

Apple dan Samsung terlibat perang paten yang seru, yang menggambarkan perang memperebutkan supremasi dalam industri mobile. Kedua perusahaan menguasai separuh dari penjualan ponsel pintar seluruh dunia.

Selama ini, Apple berhasil mencegah Samsung bermain di AS.

Agustus lalu, Apple sukses meyakinkan Hakim Lucy Koh di San Jose, California, AS, untuk mengenakan sanksi larangan bagi dua produk Samsung, yaitu Galaxy Tab 10.1 dan Galaxy Nexus.

Kesuksesan ini membuat Apple bertindak lebih jauh dengan meminta Koh menjatuhkan larangan penjualan secara permanen pada 26 gadget lawas Samsung lainnya yang mungkin juga disusul produk-produk terbaru Samsung.

Kali ini, Koh menolak karena menganggap Apple tidak punya cukup bukti untuk klaimnya itu.

"Kendati Apple punya kepentingan mempertahankan sejumlah fitur eksklusif bagi Apple," kata Koh seperti dikutip Reuters. "Namun, itu tidak semestinya diikuti dengan pelarangan selama-lamanya produk-produk Samsung karena semuanya tersatukan."

Juru bicara Apple menolak mengomentari keputusan Koh, sedangkan Samsung sendiri tak bisa dihubungi. (Reuters, ANT)

Mengapa Indonesia Terapkan "Wajib 'Data Center'"?

Posted: 18 Dec 2012 09:37 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com — Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik atau PP PSTE resmi ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 12 Oktober 2012.

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 ini berisikan kewajiban yang harus dilakukan oleh penyelenggara sistem elektronik. Salah satunya adalah kewajiban bagi tiap penyelenggara tersebut untuk menempatkan pusat data dan pusat pemulihan bencana di Indonesia.

Hal tersebut "memaksa"para penyelenggara sistem elektronik asing, seperti Google dan Research In Motion, untuk berpikir lebih keras jika mereka masih ingin melakukan bisnisnya di pasaran Indonesia.
 
Sebagai catatan, hingga saat ini masih banyak perusahaan asing yang masih enggan menaruh server-nya di Indonesia. Untuk masalah ini, pemerintah sudah memberikan waktu 1 tahun untuk memenuhi peraturan tersebut.

Pertanyaan mengenai peraturan pemerintah ini pun terus bermunculan. Banyak yang bertanya-tanya, mengapa Pemerintah Indonesia sampai harus "memaksa" penyelenggara meletakkan data center di Indonesia?

Ternyata, peraturan ini dibuat semata-mata untuk kemudahan bagi para penegak hukum apabila terjadi suatu masalah. Apabila data tersebut ada di luar negeri, pihak penegak hukum dirasa akan lebih sulit untuk mendapatkan data tersebut.

"Law & Enforcement akan lebih mudah dalam menangani suatu masalah apabila data center memang ada di Indonesia. Jika ada suatu konflik, sedangkan datanya ada di server luar negeri, akan susah nantinya," kata Bambang Hery Tjahjono, Direktur Keamanan Informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika, saat berbincang dengan KompasTekno di sela-sela seminar idEA Internet & E-Commerce Policy di Jakarta, Selasa (18/12/2012).

Menurut Bambang, penegak hukum bisa saja meminta data yang terkait dengan orang Indonesia ke pemerintah asing. Namun, apabila suatu saat ada masalah dengan negara tersebut, Indonesia bisa kehilangan data penting yang diperlukan.

PP PSTE sendiri merupakan turunan dari UU No 11 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang disahkan pada 21 April 2008.

Selain berisi mengenai keharusan penempatan data center di Indonesia, PP ini juga mengatur mengenai pengelolaan nama domain, tata kelola keamanan informasi, lembaga sertifikasi keandalan, dan masih banyak lagi.

Kisah Benalu yang Menguntungkan Operator Seluler

Posted: 18 Dec 2012 09:10 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com - Keberadaan para pemain over the top (OTT) di dunia internet mulai meresahkan operator seluler. Layanan OTT menggunakan jaringan internet operator, dan menghabiskan banyak bandwidth, sementara operator merasa tak dapat keuntungan finansial langsung dari OTT.

Facebook, Twitter, Google, iTunes, WhatsApp, Skype, dan sebagainya, bisa disebut sebagai pemain OTT yang lalu-lalang di jaringan operator. Ibarat sebuah jalan tol, OTT masuk begitu saja tanpa izin dan tanpa membayar biaya tol kepada operator.

Beberapa operator menganggapnya sebagai benalu merugikan, yang membuat pendapatan voice (telepon) dan SMS menurun. Tapi, ada pula yang menganggapnya benalu menguntungkan. Operator bisa dapat untung dari pemakaian data (internet) oleh pengguna yang mengakses layanan OTT.

Menurut Director & Chief Commercial Officer Indosat Erik Meijer, OTT tak bisa hidup tanpa infrastruktur operator. "Tapi, infrastruktur operator juga akan sia-sia jika tak dipakai oleh OTT," kata Erik dalam Diskusi "Over the Top, Kawan atau Lawan?" yang diselenggarakan media bisnis telematika IndoTelko di Jakarta, Selasa (18/12/2012).

Untuk membangun infrastruktur telekomunikasi, operator butuh biaya yang tidak sedikit. Mereka dituntut berinvestasi besar di jaringan lokal dengan membangun BTS, serat optik, satelit, dan infrastruktur jaringan lainnya. Ini dilakukan agar trafik data yang disalurkan tidak drop.

Berkolaborasi

Erik menawarkan beberapa opsi yang bisa dilakukan operator dalam menghadapi OTT, yaitu mengabaikan, melawan, menetralisir, meniru, atau bermitra dengan OTT. Tapi saat ini, belum ada indikasi operator mengambil langkah melawan. Justru, operator turut mempromosikan layanan OTT.

Beberapa langkah yang dilakukan Indosat pun cenderung memilih bermitra dengan OTT. Pada paket kartu prabayar Mentari, Indosat memberi layanan data gratis untuk aplikasi pesan instan WhatsApp.

Hal senada diungkapkan operator seluler lainnya, yakni Telkomsel, XL Axiata, Axis Telekom, dan Smarftren, yang memilih berkolaborasi dengan OTT sebagai strategi mengetahui keinginan pengguna. Toh, layanan OTT sangat diminati oleh konsumen Indonesia. Konsekuensinya, operator harus membangun infrastruktur telekomunikasi dan meningkatkan kualitas layanan data.

Di tengah "kepasrahan" itu, operator harus berjuang dalam kompetisi perang tarif internet. Menurut Direktur Utama Telkomsel Alex Janangkih Sinaga, tarif internet di Indonesia termasuk murah dibandingkan negara lain.

"Tanpa OTT, trafik data mobile broadband tak akan setinggi sekarang. Kolaborasi dengan OTT untuk meningkatkan pendapatan dari layanan data," ujar Syakieb Sungkar, Director Sales and Distribution Axis Telekom.

Mau tak mau operator mencari cara lain mendapat untung. Beberapa gencar membundel perangkat ponsel dengan paket layanan seluler untuk meningkatkan trafik telepon dan SMS. Ada pula yang berjualan perangkat ponsel dan tablet dengan harga terjangkau.

Melawan

Operator seluler di beberapa negara mengambil langkah "melawan" OTT. Erik Meijer berkisah, operator T-Mobile di Jerman membanderol tarif tinggi layanan data bagi pengguna yang menggunakan aplikasi video call Skype. "Skype dianggap memakan banyak bandwidth dan mengganggu trafik," jelas Erik.

Selain itu, ada pula operator yang melarang pengguna mengakses Skype dengan jaringan 3G. Jadi, pengguna hanya bisa memakai Skype dengan jaringan Wi-Fi. Operator O2 di Inggris melawan pemain OTT dengan membuat aplikasi dan layanan tandingan. Langkah ini membuat produk O2 menjadi eksklusif.

Solusi lain adalah, operator dan para praktisi teknologi harus mendorong pemrogram komputer lokal agar lebih kreatif menciptakan produk digital. Operator lokal juga harus membantu promosi OTT lokal.

Langkah ini merupakan usaha meningkatkan konten lokal, melawan dominasi konten asing di internet Indonesia. "80% trafik data lari ke luar negeri. Digunakan untuk mengakses konten luar. Ini sama saja kita menghantarkan uang ke luar negeri," jelas Erik.

Memperkaya konten lokal juga dapat meminimalkan cost bandwidth operator yang lari ke luar negeri.

Anggota Komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Nonot Harsono mengatakan, OTT adalah masa depan tapi juga suatu keniscayaan. Ia berharap masyarakat dapat menghargai jaringan lokal dan memperkuat OTT lokal.

Ini Dia Bocoran Antarmuka BlackBerry 10

Posted: 18 Dec 2012 07:28 AM PST

KOMPAS.com — Kurang dari dua bulan lagi, Research in Motion (RIM) akan meluncurkan platform BlackBerry 10 andalannya. Undangan pun telah mulai disebar untuk acara di enam kota di seluruh dunia.

Dari segi perangkat keras, nantinya akan tersedia dua model smartphone, yang sepenuhnya berbasis layar sentuh, dan satu lagi yang dilengkapi keyboard QWERTY.

Dari sisi software, seperti apakah sistem operasi BlackBerry 10 yang dijadikan penantang Android dan iOS ini? Situs berbahasa Vietnam Tihnte merilis sejumah screenshot yang menunjukkan layar homescreen BlackBerry 10 berikut sistem notifikasi dan tampilan beberapa aplikasi utama, seperti Twitter, Facebook, dan FourSquare di OS tersebut.

Salah satu yang paling menarik adalah gambar BlackBerry 10 Hub yang merupakan sebuah Message Center yang mengintegrasikan e-mail, instant messaging, SMS, dan aplikasi media sosial dalam satu tempat.

Dari salah satu gambar bahkan tampak bahwa RIM sepertinya telah mengembangkan aplikasi personal assistant (mirip Siri?) yang bisa dipakai untuk memasukkan input voice command pada perangkat.

Berikut ini gambar-gambar screenshot BlackBerry 10, seperti dilansir oleh BGR dari Tihnte. Dilihat dari bentuk persegi panjang, tampaknya rangkaian gambar ini diambil dari perangkat Blackberry full-touchscreen.

Tixify Bisa Pesan Kamar Hotel dari Ponsel WP8

Posted: 18 Dec 2012 06:38 AM PST

KOMPAS.com - Perusahaan pengembang aplikasi Radya Labs memperkenalkan Tixify, sebuah aplikasi berbasis Windows Phone 8 yang menyediakan layanan pemesanan kamar hotel.

Dengan aplikasi Tixify, pengguna ponsel Windows Phone 8 dapat memesan dan membeli kamar dari 1000 hotel di 60 kota dengan harga yang bersaing.

Radya Labs asal Bandung ini mengklaim Tixify merupakan aplikasi Windows Phone 8 pertama di Indonesia, dalam keterangan pers yang diterima KompasTekno, Selasa (18/12/2012).

Tixify memiliki desain interface yang interaktif, hasil pencarian hotel akan langsung menampikan hotel terdekat lengkap dengan harga dan promosi yang ditawarkan.

Di samping itu Tixify juga dilengkapi dengan detail pilihan kamar, informasi fasilitas serta foto dari hotel tersebut. Hal ini akan memudahkan pengguna untuk mencari penginapan yang sesuai dengan kebutuhan dan harga yang pas melalui ponsel Windows Phone 8.

Jika pengguna ingin membeli secara langsung, aplikasi Tixify mendukung pembayaran melalui bank transfer dan klikBCA.

Aplikasi Tixify dapat diunduh secara gratis melalui Windows Phone Markeplace dari tautan berikut ini.

No comments:

Post a Comment